Blogger Widgets All About Us..: 2014

Selasa, 05 Agustus 2014

Cahaya Itu Bernama Hidayah...

Tuhan telah merancang segala takdir dengan begitu indah. Apa yang telah digariskanNya merupakan kemutlakan yang terbaik buat setiap makhluk. Tuhan tak pernah tidur, Tuhan selalu melihat, menatap bahkan berada lebih dekat dari urat nadi mu sendiri.
Saya bukanlah ustadzah ataupun kiai yang ahli paham mengenai pengkajian bumi dan segala isinya. Tapi saya juga tak begitu buta mengenai ilmu kehidupan yang telah diciptakan ini. Saya telah banyak dijejali dengan berbagai ilmu agama, ya sedikit banyaknya saya tahu tentang kewajiban dan hak saya sebagai seorang muslim. Alhamdulillah saya bangga dengan itu :)
Saya telah beberapa kali mengalami peristiwa - peristiwa yang menyangkut spritual saya. Ketika cahaya yang dinamakan hidayah itu turun menyerukan kekuatan nya kepada saya, hati dan segala badan saya menjadi lemas tak berkutik. Benar! saat dimana hidayah itu turun untuk saya. Mungkin kedengarannya terlalu berlebihan, tapi hal itu yang saya rasakan ketika hati saya sedang bergejolak, perasaan saya berkecamuk tak tentu arah. Saya menerimanya dengan tiba - tiba.
Bisa dikatakan saya bukanlah orang yang alim ataupun religius, terkadang shalat saya masih lalai atau bahkan melanggar norma ataupun aturan yang berlaku.

Cerita ini terjadi ketika saya masih mengecap bangku sekolah menengah atas. Saat itu saya masih sering lalai ibadah, sering awut - awutan sikap dan perbuatan, pun terkadang masih sering ngikut - ngikut teman kesana sini. ya Namanya juga anak baru gede, anak ingusan yang masih mencari jati diri, saya suka sekali melakukan hal - hal baru yang tak pernah saya lakukan sebelumnya. Jujur, di sekolah saya masih tergolong anak yang rajin dalam belajar dan dengan prestasi yang lumayan, tapi di luar itu saya lebih mengetahui siapa saya dibandingkan orang lain. Saya juga termasuk anak yang manut sama orang tua, Alhamdulillah saya tak pernah melakukan hal - hal yang diluar kendali saya. Tapi terlepas dari itu saya pernah bolos, pacaran satu kelas ataupun satu sekolah, hang out bareng teman - teman, atau terkadang juga pernah mengindahkan aturan - aturan yang berlaku. Mungkin kelakuan tersebut jauh dari kata "baik" tapi toh dulunya saya berpikir namanya juga anak sekolah, bandel atau nakal sedikit itu wajar, selagi tidak merugikan banyak orang. Untungnya perbuatan - perbuatan tersebut tertutupi dengan giat prestasi saya di sekolah. Senakal - nakalnya saya dulu waktu sekolah, alhamdulillah saya tidak pernah menyentuh barang - barang yang dilarang agama ataupun sekedar ngumpul, keluar malam bareng teman. Terlebih orang tua yang sangat disiplin dan peraturan rumah yang harus dipatuhi setiap orang yang mendiami rumah itu.

Bagi saya apa yang telah saya lakukan semasa sekolah dulu hal yang konyol sekaligus membuat saya berpikir keras, merenungi satu persatu tindakan yang telah dilakukan. Tapi saya tak pernah menyesali apa yang telah terjadi. Takdir Tuhan itu selalu indah. Saya jadikan itu cerita masa putih abu - abu yang tak pernah luput dari ingatan saya. Untuk itu saya menuliskannya kembali sembari mengeluarkan kembali disket - disket yang telah ter-save rapi di dalam otak saya. Selepas itu, saya masih mengarungi cerita kehidupan ini lebih keras lagi. Saat saya telah di penghujung jenjang pendidikan di sekolah menengah atas , saya kembali menghadapi berbagai ujian, baik ujian dunia maupun ujian hidup. Mungkin saat itu Tuhan benar - benar menguji saya, apakah saya masih bocah kemarin sore atau sata telah tumbuh dewasa menjadi gadis kebanggan keluarga, entahlah itu pilihan...
Dua kali saya gagal mengikuti ujian masuk perguruan tinggi sampai paluh tak sanggup lagi terbilas, saya kembali putus asa. Saya sempat menangisi kegagalan karena kelalaian saya sewaktu sekolah. Serajin - rajinnya saya belajar, saya masih sering malas untuk mengulang, maunya instan dan cepat. Saat itu lah dunia serasa runtuh , menjatuhkan dirinya di atas kepala saya. saya terpuruk!

Namun, dengan berbagai dorongan dan support dari keluarga terutama ibu, saya kemudian tersadar dari kemeranaan saya. Ibu menyuruh saya shalat malam. Saya niatkan sebelum tidur dan memasang alarm. Saya terbangun tidak tepat pada waktunya. Rasa kantuk kini menjadi lawan. Saya tepis semua rasa malas dan mengantuk yang bergelayut mesra pada diri saya. Saya ambil wudhu. Saya basuh kedua telapak tangan dan muka. Air yang begitu dingin itu kini mengalir dengan tenang di beberapa organ tubuh saya. Ketika saya memulai takbirahtul ihram, saya merasa gemetar. Entah apa yang terjadi pada diri saya, dulunya sempat mikir kalau dinginnya malam yang menjadi alasan saya gemetar, atau tidak makan sebelumnya. Tapi kali ini beda, bukan. bukan karena itu. Saya tak bisa mengutarakan sebabnya dengan jelas. Selesai tahiyat akhir saya langsung berdoa kepada Allah, saya curhat dengan linangan air mata , namun tak begitu deras. saya takut membangunkan seisi rumah jika meraung terlalu kuat. Selesai berdoa, saya akhiri dengan amin dan usapan lembut pada wajah saya. saya lega..lega banget. Alhamdulillah....
Esok harinya saya terbangun dan memulai aktivitas seperti biasa. Kali ini adalah hari terpenting kedua bagi perjuangan saya. Saya mengikuti ujian itu kembali. Namun pada akhirnya saya tahu, kalau Tuhan belum mengizinkan saya meraih apa yang saya inginkan. Anehnya, kegagalan kali ini tidak begitu sesak dirasa. Saya lebih tenang dan bersabar. Mungkin inilah kekuatan lain yang Tuhan berikan untuk saya. Dia masih menyuruh saya untuk lebih berjuang lagi. Saya harus membayar semua kelalaian dan ketidakberdayaan waktu yang telah terbuang sia - sia. Hingga hidayah lain datang. Saya tidak sengaja mendengar pembicaraan teman mengenai ujian penerimaan mahasiswa baru di sebuah institusi kesehatan negeri di kota Padang. Dengan semangat baja dan mental sekuat tembaga saya bertekad untuk lebih serius lagi melalui ujian ini. Hingga sampailah pengumuman yang menentukan masa depan saya. Awalnya saya takut. Saya teringat kembali kegagalan yang telah saya cetak sebelumnya. Ibarat stricker yang gagal mencetak gol di gawang lawan, saya pun begitu. Ada rasa ragu dan cemas membuka hasil pengumuman yang telah dituliskan dalam website resmi itu. Pelan - pelan seperti siput yang berjalan di atas daun saya melihat tulisan yang tertera atas nama "Kelulusan" itu. berulang kali saya membacanya dengan mengerjapkan mata saya, tak percaya. Sungguh kuasa Tuhan dan janji nya itu tidaklah sia - sia. Subhanallah, akhirnya saya dapat merasakan nikmat kesabaran dan buah ranum nan manis dari hasil jerih payah saya sendiri.. :)

Dan suatu ketika hidayah itu kembali datang...
Niatan untuk menutup aurat dari sekolah dulu sudah mulai muncul, namun apalah daya. kesiapan dan kemantapan itu tak kunjung datang. Masih bersembunyi malu - malu entah dimana. Kini setelah apa yang terjadi dalam hidup saya, akhirnya saya bertekad ( kembali ) untuk menutup aurat, menghijabi mahkota yang berharga bagi para perempuan. ya, hidayah untuk menutup aurat datang sesekali ketika saya bermimpi melihat bayangan saya sendiri yang telah mengenakan kerudung. Saya takjub pada diri saya sendiri. Akhirnya saya mengutarakan niat saya kepada ibu saya. Dulu nya ibu saya pernah mengatakan jika telah menutup aurat, mantapkan lah hati mu. jangan kamu buka lagi. karena apa yang telah kamu kenakan hari ini merupakan tanggung jawabmu kepada Tuhan mu. Karena itulah setelah saya lulus dari sekolah dan memulai kehidupan menjadi seorang mahasiswa saya bulatkan niat saya untuk berhijab. Tepat pada tanggal 30 Mei 2011 , sehelai kain yang bermakna tersebut kini telah melekat erat di kepala saya.

Kini saya mengerti dengan rencana Tuhan yang telah digariskanNya.
Cahaya itu bernama Hidayah. Namun Hidayah tidak datang sendiri ketika kita inginkan. Hidayah itu dijemput bagi yang memerlukannya...
Tuhan menciptakan takdir kita itu tidak sia - sia bahkan qada dan qadar yang telah tertulis pun menyimpan banyak kejutan indah setelahnya.
..Dan sekarang walaupun saya masih belum sepenuhnya menjadi perempuan solehah tapi saya berusaha untuk menjadi perempuan yang mau dibimbing dan diberi ilmu agama agar dapat menjadi solehah :')



-hen-




---------------------------------------------oOo-----------------------------------------------------------

Minggu, 20 April 2014

Masih Ada Harapan, Walau Hanya Sekecil Amoeba...


Menggapai mimpi tak semudah membalikkan telapak tangan kuda nil, tak semudah memetik bunga mawar di taman dan tak semudah menghembuskan asap rokok didalam cerutu.  Menggapai impian adalah bagian dari perjuangan, pun didalam perjuangan memerlukan banyak pengorbanan. Sulit ? Tentunya. Dan tak ada cara instan yang bisa diperoleh untuk mewujudkan semua asa yang telah tercover  lengkap didalam angan kita. Bukan sekedar angan. Bukan!  Siapa saja bisa mewujudkan impian itu dengan caranya sendiri, Tuhan akan campur tangan dalam menunjukan jalan untuk ke sana, jalan yang berliku , penuh bebatuan dan jurang yang terjal untuk menjadikan kita lebih semangat untuk sampai di tujuan bukan menjadikan kita stuck bahkan berputus asa sebelum berperang. Bahkan semua tantangan tersebut menjadikan kita lebih dewasa dan berfikir lebih leluasa untuk menghalau setiap rintangan – rintangan yang menghadang. Itulah kehidupan, kita perlu sedikit bersabar untuk bisa melalui dan memaknai inti didalamnya, bukan hanya sekedar bernafas bebas tanpa beban dan mengingkari setiap masalah yang datang. Begitulah kehidupan akan selalu mengajarkan artinya perjuangan sampai pada akhirnya kita menemukan titik pencapaian dari hasil kerja keras kita tersebut.

Nama Lengkapku Henny Kurniati, seorang gadis berusia 21 tahun yang sedang menjalankan pendidikan diploma tiga di sebuah institusi kesehatan di Sumatera Barat. Aku terlahir dari keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan, ibu ku seorang guru SMA, dan bapak ku seorang pegawai di dinas pendidikan tempat ku dilahirkan, bahkan kakek ku pun dulunya menjadi seorang kepala sekolah disalah satu sekolah dasar di daerah terpencil. Ya, aku tidak dilahirkan di negeri yang penuh dengan adat bersandi sarak, sarak bersandi kitabullah ini, tetapi justru di sebuah negeri yang telah penuh dengan bermacam – macam budaya orang perantauan. Jambi, adalah tanah kelahiranku yang turut andil membesarkan ku sampai berusia sembilan belas tahun. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk merantau ke negeri orang demi menggapai semua asa yang telah aku rakit dari kecil. Kedengarannya memang berlebihan. Tetapi kata – kata tersebut justru memotivasiku untuk terus maju bahkan rela untuk jauh dari kedua orang tuaku. Aku masih gadis keturunan minang, keluargaku mengalirkan darah minangnya secara tidak langsung kepadaku. Salah satu alasan aku memutuskan untuk sekolah di Padang adalah karena ibuku ingin mendekatkan aku dengan kampung halamannya, menanamkan jiwa patriotisme terhadap tanah kelahirannya serta menjadikan aku lebih mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Dan disinilah aku memulai semuanya, memulai cerita baru yang telah aku rancang untuk masa depanku, cerita yang akan aku tulis sebait demi sebait hingga pada akhirnya, cerita tersebut akan menjadi sebuah novel perjalanan hidupku. Tentunya banyak lakon yang akan bermain didalamnya, banyak setting yang menjadi tempat dan waktu kejadian perkara ( TKP ) bahkan banyak luapan emosi didalamnya. Novel itu baru akan dimulai..

Beradaptasi di tempat baru memang tidak mudah. Banyak yang perlu dipelajari dan dihindari untuk bisa menjadi bagian dari tempat itu. begitupun denganku, kali pertama aku menginjakkan kaki di ranah minang ini, aku nyaris mengidap “shock culture”. Karena budaya minang yang begitu kental dan baru aku lihat disini. Perlahan – lahan aku mempelajari dan mengadopsi semua yang aku liat, aku dengar dan aku rasakan agar bisa survive di negeri ini. Banyak halangan dan rintangan tapi sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa, bahkan tak ada kecanggungan sedikit pun yang aku rasakan. Aku mulai menikmati itu semua. Menikmati dunia baruku. Awalnya butuh waktu panjang untuk bisa sampai disini, butuh banyak pertimbangan dan mengorbankan banyak perasaan sampai pada akhirnya aku bisa berada disini. Saat itu adalah tahun kedua aku mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Aku telah mencoba sebelumnya, tetapi aku gagal. Karena “keras kepala” ku ini akhirnya aku memutuskan untuk ikut ujian kembali di tahun berikutnya. Pada awalnya, aku memilih melanjutkan pendidikan kedokteran di salah satu universitas yang ada di Sumatera Barat. Hal ini adalah sebagian dari harapan dan impian ku sejak duduk di bangku taman kanak – kanak. Harapan itu telah aku toreh sedini mungkin ketika aku senang melihat jas snell putih yang terlilit rapi ditubuh dokter – dokter rumah sakit. Entah kenapa alasannya, tapi itu lah imajinasi gadis kecil nan lugu ini. Hingga aku melangkah setahap sampai dikelas enam sekolah dasar, cita – cita itu belum pernah surut, menjadi seorang dokter sepertinya sebuah kebanggaan tersendiri bisa merawat orang sakit dengan tangan kita sendiri. Alasan yang mungkin sudah terlalu klasik, tapi tidak bagi anak kelas enam SD ini, dia bertekad menggantungkan cita – citanya tersebut 5 cm di atas dahinya. Sampai pada akhirnya aku berada di titik puncak dimana penentu masa depanku kelak. Setelah lulus dari sekolah menengah atas, aku bersikeras ingin melanjutkan  ke fakultas kedokteran, keluarga ku pun mendukung penuh. Dan karena semua semangat serta dukungan yang telah diberikan itulah akhirnya aku berani untuk tetap menjalankan ujian untuk kedua kalinya. Hal pertama yang aku rasakan pada kegagalan ujian pertama adalah rasa bersalah dan kekecewaan terhadap diriku sendiri. Bahkan aku menjadi lebih introvert dengan lingkungan sekitarku, karena aku menyesal tidak bisa menjadi apa yang orang tuaku harapkan. Seperti dunia ini runtuh dan pecah berkeping – keping, begitulah perasaan ku saat aku tahu aku tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi. Saat keterpurukan ku melihat teman – teman ku sudah memulai tahun pertama mereka menjadi seorang mahasiswa, aku pun mulai putus asa. Terlebih banyak teman – temanku yang menanyakan dimana aku melanjutkan kuliah. Tapi apa daya, aku tak memiliki kekuatan untuk menjawab pertanyaan mereka. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Mengurung diri di kamar merupakan pilihan terakhirku untuk melampiaskan segala kekesalan dan kesedihan yang menggerogoti hatiku. Saat itu emosi ku sedang labil. Dalam kekalutan hati ku ternyata aku tidak sendiri. Aku masih memiliki kekuatan untuk bangkit. Aku masih memiliki harapan, walaupun hanya sekecil amoeba yang hanya bisa kita lihat dengan menggunakan mikroskop. Aku punya ibu luar biasa yang selalu ada disamping ku. Beliau yang terus membantu ku berdiri dengan kedua tangannya, membantu ku memulihkan kembali trauma masa laluku dengan semua kesabarannya, dan membantuku untuk tetap mewujudkan impianku. Beliau lah inspirasiku. Beliau lah obat penenangku kala aku depresi, dan beliau lah sahabat serta ibu yang selalu menghangatkan ketika aku kedinginan kala dunia tak lagi bersahabat denganku. Aku pun bangkit kembali dengan secuil harapan yang tersisa.

Pada ujianku yang kedua , Aku masih memilih pendidikan dokter yang menjadi target ku untuk melanjutkan pendidikan. Terbesit wajah kedua orang tuaku yang telah banyak berkorban dalam hidupku. Semua senyum dan tawa renyah mereka selalu tercover dalam benakku.  Aku menjadi lebih giat dan sungguh – sungguh dalam belajar. Aku telah berdamai dengan masa laluku. Sampai pada akhirnya aku mengikuti ujian kebesaran itu. jantungku terasa mau copot, darahku mulai berdesir  cepat dan tubuhku berkeringat dingin. Pelan – pelan aku membaca pertanyaan – pertanyaan yang telah tertera dalam lembar soal dan kemudian mengisikan jawaban nya pada lembar jawaban komputer yang telah diberikan. Hingga akhirnya peperangan tersebut berakhir. Aku menjadi lega dan pasrah dengan hasilnya kelak. Pada ujian yang kedua ini aku menjadi lebih bertawakal pada hasilnya. Karena setelah melewati beberapa kegagalan ujian sebelumnya aku menjadi lebih dewasa dalam menyikapi kegagalan ku setelah ini. aku masih tetap optimis. Tetapi pada hasilnya, aku serahkan kepada – Nya pemilik alam semesta ini.

Masih ada harapan, walaupun hanya sekecil amoeba
Itulah yang masih aku yakini, ketika aku mengetahui hasil dari ujian ku yang kedua. Aku kembali gagal dan belum bisa mencapai harapan melanjutkan pendidikan dokter. Anehnya, aku merasakan hal biasa, bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Otak dan hatiku mulai sinkron satu sama lain. Aku lebih terbiasa dengan kegagalan ini karena aku meyakini, bahwa Tuhan itu tidak pernah tidur. Dia selalu mendengar dan melihat hambaNya. Bahkan keluh kesah yang kita sembunyikan saja bisa terdeteksi oleh Tuhan. Tuhan memang luar biasa. Tuhan maha mengetahui. Dan akhirnya Dia memilihkan jalan lain untukku melanjutkan pendidikan ku. Saat kegagalan datang, akan ada keberhasilan yang tertunda. Tuhan ternyata memilihkan jalan yang tanpa aku sangka – sangka. Tentunya jalan terbaik yang Dia pilihkan buat ku merealisasikan harapan menjadi kenyataan. Akupun akhirnya memutuskan untuk mengikuti ujian masuk politeknik kesehatan di Sumatera Barat. Aku memilih jurusan yang masih berhubungan dengan cita – cita ku terdahulu. Sampai pada waktunya pengumuman hasil tes, aku masih terus memanjatkan doa agar tes kali ini tidak bernasib sama dengan tes -  tes sebelumnya. Dan ketika aku membuka hasil tes melalui website yang diberikan, sontak aku berteriak dan langsung sujud syukur atas apa yang telah aku lihat didalamnya. “Selamat Anda Lulus Utama Pada Program Studi D3 Kebidanan Padang”. Begitulah kata – kata yang tertera disana. Ibuku pun langsung menitikkan air mata dan langsung mendekapku erat dalam pelukannya. Hangat! Aku pun tak kuasa menahan haru dan tak bisa menahan mutiara – mutiara dimataku membasahi pipiku. Hari itu merupakan hari yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku, hari dimana untuk kali pertamanya aku lulus setalah melalui berbagai kegagalan. Hari dimana banyak orang menitikkan air mata kebahagiaan untukku, dan hari dimana harapan itu ternyata masih ada ketika aku benar – benar bisa melihatnya dengan menggunakan mikroskop hatiku. Tuhan memang penuh misteri. Tuhan penuh rahasia. Dia memberikan jalan yang paling indah dalam hidupku, memilihkan jurusan yang aku yakini merupakan amanahNya untuk bisa menjadi seseorang yang bisa merawat seorang ibu dan bayinya dengan tanganku sendiri, jalan yang menjadikan aku lebih bersyukur atas kasih sayang dan cinta seorang ibu kepada anaknya, dan jalan dimana aku bisa melihat langsung ketika seorang malaikat kecil yang diharapkan banyak orang itu lahir ke dunia, menantang dunia untuk dapat menjadi seseorang yang berguna bagi banyak orang. Ya, amanah yang Tuhan tugaskan buat ku kali ini merupakan hikmah dan buah hasil kesabaran ku selama ini. apakah aku akan merasakan hal yang sama jika aku tidak melewati banyak kegagalan sebelumnya ? apakah Tuhan memberikan semua nya secara instan tanpa adanya halangan dan rintangan terlebih dahulu ? Tuhan memang benar – benar menamparku. Tamparan yang masih membekas sampai saat ini yang aku rasakan sangat indah, tamparan Tuhan yang aku yakini menjadi cambuk untuk terus maju. Tuhan memberikan hal yang aku butuhkan, bukan yang aku inginkan. Seberapa keras aku mempertahankan keegoisanku, Jika Dia mengatakan tidak, maka hal itu tidak akan terjadi, tetapi sebaliknya, Kun Fa ya Kun ! Jika Tuhan mengatakan terjadi, maka hal itu lebih mudah untuk terjadi. Ternyata kerja keras selama ini sepadan dengan apa yang aku dapatkan hari ini. Jatuh bangun yang telah mengajarkan aku untuk terus maju bersama kerasnya kehidupan. Cerita memang tak selalu tentang roman picisan. Cerita adalah kehidupan itu sendiri. Kita adalah para pemainnya sedangkan Tuhan adalah sutradaranya, dan dunia ini merupakan panggung dimana cerita itu diputar.
Semesta itu keren. Semesta itu indah…Tapi Tuhan jauh lebih hebat dan keren dari semesta dan masalah yang ada dalam hidup kita. Percayalah, sebesar apapun masalah yang kita hadapi hari ini, kita masih punya Tuhan yang jauh lebih besar dari masalah itu sendiri….


----------------------------Sekian-------------------------------------

Sabtu, 22 Februari 2014

Fallen (inlove) at the first sight

Mempertahankn memang begitu sulit daripada meraihnya pun mempertahankan apa yang telah didapatkan jauh lebih sulit daripada memikirkan cara untuk melepasnya..
gue pernah mikir kalo cinta pada pandangan pertama itu terlalu indah untuk dilalui. benar saja..
pertama kali lo ngelihat seseorang yang bisa menarik lo entah mata, perhatian sampe hati lo, lantas dunia pun berubah seketika berbunga sakura yang mekar di musim semi, ya the power of love at the first sisght memang secanggih itu, mampu mengubah apa yang awalnya mustahil menjadi ada.Nyata..
Tapi cinta pertama yang terjadi tak selalu berakhir indah, kadang cinta pertama tidak selalu menjadi cinta tarakhir alih - alih menjadi cinta sejati boro- boro..
Mungkin itulah keajaiban dari cinta pertama, kita disuruh merasakan kemustahilan yang terjadi tanpa mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya, perhaps, we dunno what the next but today is present !
Love at the first is not always easy, its more complicated than i thought before,,but actually it's really funny when you met him at the different situation such as , you had cooffee morning and you brough a cup of
cappuchino and suddenly you slopped some of coffee on his shirt ,and then your eyes and his eyes glanced , Oh gee this too dramatically but in otherwise we often wish this situation happened in our life, rite ?? :))))
Ok, back to topik, sejujurnya gue pernah mengalami hal - hal yang menurut gue di luar logika manusia, ya karna waktu terdahulu gue pernah ketemu sama seseorang yang entah kenapa dapat mendeburkan jantung gue bak sengatan listrik bertekanan 5000 watt. OK gue serius. Awalnya gue mengira ada yang salah dengan jantung gue, mau cerita ke ibu gue takut beliau khawatir , mau cerita ke teman, gue takut mereka nggak bisa tidur cuma mikirin gue dan akhirnya gue memutuskan untuk menyimpan rahasia ini rapat - rapat !
gue janji sama diri gue kalo apa yang gue rasain gak akan berlangsung lama, gue mikirnya waktu itu gue hanya kebanyakan minum kopi, ya kali efek abis ngopi smalem bisa buat jantung gue gak karuan ini...
Sehari dua hari bahkan tiga hari berikutnya, apa yang gue rasain sedikit demi sedikit telah punah , gue merasa senang bahkan bahagia berlipat - lipat dan pengen ngadain syukuran buat perubahan baik gue ini. Tapi ya berhubung saat itu gue masih sekolah dan tabungan pun juga masih belasan ribu akhirnya gue memutuskan untuk menyimpan rapat - rapat ( kembali ) rahasia gue ini :)
Hingga akhirnya, suatu sore gue ketemu sama orang yang menyebabkan jantung gue berpacu seperti balapan sepeda..OK kali ini bahkan lebih buruk dari itu, ada getaran yang entah kenapa gue merasa dunia lagi tersenyum dan memberikan nafasnya buat gue. Malam hari getaran itu ternyata masih bersemayam dalam diri gue, entah ini pertanda baik ataupun pertanda buruk. Gue mulai berpikir beberapa jenak untuk menemukan apa yang salah dalam diri gue, dan akhirnyaaaaaaaaa...........

gue belum menemukan jawaban.....
1...2..3..4..5..
tik tok tik tok


masih juga belum mendapatkan pencerahan

JADI APA YANG SALAH SAMA DIRI GUE ????????
PENYAKIT APA YANG MENJANGKIT TUBUH GUE ??????
APAKAH GUE DAPAT DISEMBUHKAN ?????????

Berbagai pertanyaan gue lontarkan buat diri gue sendiri
berbagai jawaban pun belum juga gue temukan....
dan akhirnya gue memutuskan untuk bertapa di gunung singgalang , kenapa ? karna gue mikir gunung semeru terlalu jauh untuk gue jalani, tabungan pun belum mencapai puluhan bahkan ratusan..dan ibu gue belum tentu akan mengizinkan anak perempuan cantik semata wayang nya ini pergi sendirian dalam kegelapan dunia yang fana ini, dan kali ini cerita gue memang terlalu berlebihan dan akhirnya gue memutuskan untuk tidak bertapa di gunung manapun.....*tringgg* *mendarat di kasur kamar*

Esoknya , gue berencana untuk menceritakan apa yang gue rasain sama temen gue. gue pikir berjuta juta kali kalo membagi masalah sama orang lain, masalah kita akan menjadi ringan, beban pun menjadi berkurang, kenapa tidak gue coba kesempatan yang berharga ini untuk gue manfaatin ?? :)))))
dan akhirnya, gue menceritakan kronologi apa yang sedang gue hadapi....

1 jam..
2 jam....
3 jam....
23.00 WIB 
Imsyaaaaaaaaaaaakkkkkkk *adzan subuh*
dan akhirnya gue selesai menceritakan kasus gue sama temen gue tersebut, 
Respon temen gue ???? Flat. Menganga. Innocent. Diam. Oh. yes. Oh. No...*Shocked*
dan kini gue baru menemukan jawaban kalo yang terjadi sama gue bukan lah penyakit berat, bukan pula kutukan, apalagi infeksi *LAH
dan gue baru menyadari ketika gue bertemu dengan seseorang yang mampu membuat seluruh jiwa gue bergetar, jantung gue berdegup kencang, itu tanda bahwa dunia lagi memihak kepada gue , bahwa dunia ikut merasakan apa yang gue rasain, FALLEN IN LOVE AT THE FIRST SIGHT...seperti itu lah virus yang tengah menggerogoti relung hati gue sampai ke lembah jiwa gue.
Terkadang gue berpikir apa yang Tuhan rencanakan dalam hidup gue tidak ada yang sia - sia, Tuhan Maha segala Nya, Tuhan menciptakan rasa ini buat gue untuk belajar dan memahami Cinta yang akan membawa gue ke dalam Cinta Nya, gue meyakini bahwa Tuhan lagi menguji gue untuk mengontrol semua kebahagiaan ini dan membungkus nya dengan berbagai keajaiban - keajaiban yang akan gue goreskan dalam hidup gue dan hidup orang di sekitar gue, Semesta memang keren,..Tapi yang menciptakannya begitu luar biasa hingga gue sendiri takjub akan kebesaranNya....

...Namun sekarang cinta pertama gue entah dimana dan bersama siapa. gue lost contact cukup lama dan tidak pernah bertemu lagi. Tapi gue percaya kalo apa yang telah terjadi dalam hidup gue, itu adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan..Gue tetap sangat bersyukur dengan apa yang terjadi pada gue. Hidup adalah misteri, Hari ini adalah kenyataan yang harus di jalani, hari kemarin adalah kenangan dan pembelajaran untuk memperbaiki segala sesuatunya untuk hari berikutnya, dan hari esok adalah misteri yang hanya Dia yang tahu...

Sekali lagi, Semesta itu keren.....

jangan lupa dikomen dan diberi saran yaaterima kasih sudah berkunjung, jangan bosan - bosan datang lagi yaa