Jambi, 22 Desember 2015
Ytc,
Ibuk....
Dear,
ibuk...
Anggap
saja ini bukanlah sebuah surat dari ku untukmu. Ini adalah bait – bait cinta
dari segala rasa syukurku akan cintamu. Kini hampir seperempat abad ku hidup di
dunia ini, menghirup oksigen milik-Nya dan menapaki setiap sudut duniawi yang
fana ini. Aku telah beranjak dewasa kini,buk. Aku, yang dulunya gadis kecilmu
kini bakal calon ibu untuk cucu-cucumu kelak. Ibuk, andai aku diberi tiga
permintaan seperti didongeng lampu ajaibnya Aladin, aku ingin terus berada
didekat ibuk, didekapan hangat ibuk. Karena aku tahu, tak ada tempat ternyaman
di dunia ini dibandingkan dalam balutan cintamu. Ibuk, kalau saja nanti ada
yang datang melamarku, katakan padanya untuk bisa menungguku sebentar. Aku
ingin membahagiakanmu dahulu. Aku ingin membalas semua perjuangan dan
pengorbananmu selama ini, walau aku tahun lautan dan samudera luas di luar sana
pun tak mampu aku genggam sebagai ganti balas jasamu padaku
Dear,
Ibuk....
Berapa
banyak kata lagi yang akan kurangkai sebagai wujud rasa syukur dan terima
kasihku atas kekuatanmu untukku selama ini. Apa yang bisa membuatmu bahagia,
buk? Katakanlah...
Akan
ku lakukan semuanya untukmu..Tapi kau hanya menjawab dengan kalimat yang hampir
membuatku berhenti bernafas, “Ibuk, hanya ingin melihatmu sukses,nak”. Ya,
itulah permintaan sederhanamu yang mampu buat kau bahagia. Mengapa ibuk selalu
saja mementingkan kebahagiaanku dibandingkan dirimu sendiri,buk? Aku selalu
saja bertanya pada diriku sendiri. Ya, kau adalah pahlawan tanpa balas jasa,
kau wonder womanku,buk. Yang kau beri tak sebanding dengan yang kau dapatkan.
Aku selalu kalah jika terus berdebat denganmu. Karena kau hanya memikirkan
bagaimana aku bisa sukses dan berhasil di kemudian hari. Kau hanya butuh
itu....
Dear,
Ibuk....
Aku
bukanlah pujangga yang mampu merajut bait menjadi sebuah puisi. Aku bukanlah
penyair yang mampu menciptakan sajak demi sajak menjadi indah. Aku bukanlah sutradara
pembuat cerita romantis. Aku hanya anakmu, gadis kecil dari darah dagingmu
sendiri. Aku, yang selalu kau beri cinta hingga tumbuh menjadi orang yang
dicintai. Aku, yang kau rawat dan dididik dengan penuh kesabaran hingga tumbuh
menjadi orang yang tahu menghargai. Aku, bukanlah mereka yang terkenal dan
berlimpah harta. Tapi bagiku, kesederhanaan yang mampu membuatku kaya akan
ilmu. Kau ajarkan aku berkenalan dengan sakit. Kau ajarkan aku bersahabat
dengan keprihatinan. Sampai pada akhirnya, bersenang – senang kemudian aku
rasakan. Ah, entahlah rasanya aku merasa kurang jika harus mendeskripsikan
betapa luar biasanya dirimu. Aku hanya butiran pasir di pantai yang kelak akan
hilang dengan deburan ombak yang menari. Tapi, karena kau dan cintamu mampu
menguatkan aku melawan betapa kerasnya dunia ini. Terima kasih ibuk, tanpamu
mentari mungkin saja dapat bersinar, namun aku takkan mampu hidup jika hanya
ditemani sinar mentari tanpa kehangatan darimu.
SELAMAT HARI IBU, MALAIKAT TAK BERSAYAP KU :*
With love,
Your sweet naughty daughta
Hen’s
Hen’s
0 komentar:
Posting Komentar