Blogger Widgets All About Us..: Ekspedisi di Negeri Pahlawan

Jumat, 25 Desember 2015

Ekspedisi di Negeri Pahlawan


Akhir – akhir ini aku sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian dalam melanjutkan pendidikanku di sebuah universitas ternama di pulau Jawa. Jauh sebelum ini aku telah banyak mencari informasi mengenai universitas yang menjadi targetku itu. Setelah semua berkas yang ku masukan dalam sebuah website universitas pilihanku, aku segera mencetak kartu ujian dan menyiapkan diri untuk bertempur di medan perang nanti. Ada rasa bahagia bisa pergi menempuh ilmu di negeri seberang, namun tak sedikit rasa cemas dan khawatir menghampiri. Bagaimanapun aku harus siap menerima semua konsekuensinya nanti dan bertanggung jawab atas pilihan ku tersebut.
Siang ini setelah mencetak kartu ujian, aku melihat banyak teman-temanku berkumpul. Mereka sedang membicarakan tentang hari perayaan wisuda diplomaku. Aku baru menyadari bahwa wisuda ku juga akan diselenggarakan pada bulan yang sama aku mengikuti ujian masuk universitas. Ku hampiri mereka yang sedang asyik mengobrol..
“Eh,Tik Lagi ngomongin apa sih? Seru banget kelihatannya” tanyaku pada salah seorang temanku
“Ini loh uni, kita lagi ngomongin persiapan wisuda nanti. Uni gimana? Sudah menyiapkan baju kebaya untuk acara nanti?” tanyanya balik padaku. Sontak ku terkejut mendengar pertanyaan dari Tika. Aku benar-benar tidak sadar bahwa hari wisudaku sebentar lagi tiba, namun aku belum menyiapkan diri untuk itu.“Ya kalau baju kebayanya sih sudah,tik. Hehehe” jawabku dengan tampang polos
“Emang kepastian wisudanya tanggal berapa sih?” lanjut ku bertanya pada Tika
“Loh uni belum tahu juga? Tanggal 8 bulan depan? Sudah tinggal seminggu lagi ini uni” jawab Sari
Bagaimana aku bisa melupakan hari pentingku? Mungkin karena terlalu sibuk dengan urusan persiapan ku masuk universitas, sehingga membuatku melupakan beberapa hal yang perlu aku persiapkan juga. “Tanggal 8 bulan depan? Tunggu! Bukankah, besoknya aku harus melakukan ujian masuk universitas?” batinku dalam hati. Ini benar-benar dilema. Di sisi lain aku akan wisuda, namun disisi lainnya aku harus berangkat ke luar kota untuk ujian. Yang kuharpakan saat ini hanyalah keajaiban semoga jadwal wisuda bisa ditunda.

            Namun hal yang kutakutkan terjadi. Setelah pembicaraanku bersama Tika dan Sari seminggu yang lalu, ternyata jadwal wisudaku tidak ditunda. Saat ini aku telah berada di sebuah auditorium tempat ku melaksanakan perhelatan besar bagi calon diploma. Aku telah mengenakan baju hitam kebesaran dan sebentar lagi gelar diploma akan segera melekat di akhir namaku. Ada perasaan haru saat mendengar namaku dipanggil kedepan. Hari yang ditunggu telah tiba. Perjuangan panjang selama tiga tahun telah terbalaskan dengan satu hari yang bersejarah ini. Ibu dan bapakku sampai meneteskan air mata melihat kemenanganku pada hari ini.
“Selamat ya, uni. Akhirnya sudah sarjana juga. Semoga nanti diterima di universitas yang diinginkan”
“Terima kasih, Sa. Doakan ya besok ujian penentuannya, semoga aku bisa lanjut pendidikan lagi.” Jawabku pada Nisa.
Nisa mengangguk dan tersenyum padaku. Nisa adalah sahabatku semasa kuliah, namun beda kampus. Kami telah bersahabat sudah hampir tiga tahun dan sampai sekarang.
“Uni, kita harus berangkat ke bandara supaya tidak terjebak macet nanti. Takutnya kalau nanti, kamu ketinggalan pesawat, nak” ajak ibuku tiba-tiba
“Baik buk, kita memang harus buru-buru. Mengingat besok adalah hari ujiannya.” Jawabku pada ibu. Aku telah mempersiapkan semua perlengkapanku didalam mobil. Setelah ku berganti pakaian akhirnya, kijang yang di pacu oleh Om Syarif melaju sampai ke bandara. Dengan perasaan lelah bercampur cemas aku menunggu sampai akhirnya tiba di bandara. Kedua orang tuaku mengantarkan sampai pintu keberangkatan. Saat itu tampak enam orang temanku telah menunggu kedatanganku. Ya, aku tidak sendiri. Aku akan mengikuti ujian bersama temanku yang lainnya.
“Buk , doain ya semoga uni bisa lulus masuk universitas yang uni inginkan dan melanjutkan pendidikan disana.” Pintaku pada ibu
“Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik,nak. Hati-hati ya, segera kabarkan ibu jika sudah sampai.” Jawab ibu. Aku tersenyum dan langsung memeluk ibu.

            Saat ini aku telah sampai di Bandara Internasional Juanda. Setelah kami semua mengambil bagasi akhirnya Om Budi, yang baru kuketahui namanya dari salah seorang temanku, datang menjemput. Kami diantar sampai tiba di penginapan. Rasa lelah luar biasa mengampiri seluruh tubuhku. Aku segera membersihkan diri dan beristirahat untuk persiapan besok hari.
Keesokan harinya, kami semua bangun dengan perasaan yang sudah kembali segar. Bagaimanapun keadaannya, kami harus tetap semangat untuk meraih masa depan. Setelah bersiap akhirnya kami langsung menuju ke tempat ujian. Ujiannya hanya berlangsung satu hari dalam waktu dua jam saja, namun sangat berarti bagi ku dan keenam temanku. Setelah selesai ujian, kami bergegas mengambil tempat duduk di bawah pohon yang tak begitu rindang
“Gimana ujiannya tadi, teman? Sulit juga ternyata,ya.” Laksmi mulai membuka obrolan
“Bener mi. Soalnya lumayan bikin otakku jadi keriting.” tambah Rere
“Bagaimana kalau setelah ini kita refreshing dulu sambil menunggu pengumuman nanti. Kan lumayan sudah sampai disini, masa tidak jalan-jalan?” tutur Putri
“Baiklah, kita atur saja rute perjalanan kita selama disini. Setidaknya sambil menyelam minum air, tujuan awal adalah ujian namun setelah hal pertama selesai, tidak masalah kalau kita pergi berlibur sejenak,kan?” kataku pada teman-teman yang lain
‘Setuju! Kita harus tahu tempat wisata yang bagus di Surabaya ini.Dari makanan sampai tempat sejarahnya harus kita telusuri. Kelak, hari ini akan jadi kenangan yang bisa kita ceritakan kepada teman-teman dan keluarga kita”
“Wah boleh juga tuh. Sebaiknya kita minta tolong om Budi dalam perjalanan kita saja. Karena dari kita belum pernah ada yang kesini, takutnya nanti malah nyasar.” Jawab Rosa. Aku dan lima orang temanku yang lain hanya tertawa mendengar penjelasan Rosa. Gadis lugu ini sangat takut jika nanti kita akan hilang di kota sebesar Surabaya.

            Setelah kami semua bermusyawarah, aku segera menghubungi om Budi. Beruntungnya beliau langsung menyanggupi permintaan kami. Beliau mengatakan bahwa perjalanan keliling Surabaya ini akan dimulai pada esok hari. Aku dan teman-teman lain langsung berteriak kegirangan.
Esoknya, setelah bersiap dan makan pagi, perjalanan dimulai dengan rute ke jembatan Suramadu. Sejujurnya, aku tidak pernah membayangkan berada di kota penuh sejarah ini. Aku, gadis keturunan minang, terkadang hanya menghabiskan waktu liburan di sekitar kota di pulau Sumatera saja. Namun, saat ini, kakiku telah menginjakkan bumi arek-arek Suroboyo. Ada perasaan bangga dan senang ketika sampai di tempat sejauh ini. Setelah memakan waktu kurang lebih dua jam, sampailah kami di jembatan Suramadu, jembatan yang dulunya hanya dapat kulihat di televisi saja atau kadang di media masa. Tapi sekarang aku telah berada di atasnya sembari melihat pemandangan kiri dan kanan adalah hamparan lautan yang terpampang luas. Kami tidak diizinkan turun karena kononya ada polisi dari dinas perhubungan yang sedang berpatroli di jembatan tersebut. Alhasil, om Budi membawa kami ke bawah jembatan untuk sekedar mengambil foto dalam mengenang perjalanan kami di jembatan Suramadu. Memang tidak diragukan, jembatan panjang tersebut sungguh istimewa, jembatan yang menghubungkan kota Surabaya dan Madura. Terlebih banyak hiasan yang bertengger indah di atas jembatan menambah kesan elegan pada jembatan Suramadu. “Setelah ini, kita akan kemana lagi om?” tanyaku pada om Budi
“Kita akan berkunjung ke makam bapak pencipta lagu Indonesia Raya” jawab om Budi
“Maksud om, W.R Soepratman?” tanya Rosa tiba-tiba
Om Budi tersenyum dan itu pertanda jawaban Rosa tadi benar. Aku tak pernah tahu bahwa sebelumnya ada makan W.R Soepratman disini. Mungkin karena ketika pelajaran sejarah dulu aku sering tertidur di kelas saat guru menerangkan. Ah, malu dan menyesal sekali rasanya.
Tak butuh waktu lama, akhirnya kami sampai di sebuah pekarangan yang tidak begitu luas. Dari luar tampak tugu batu yang mengisyaratkan bahwa disini adalah tempat makam bapak W.R Soepratman, sayangnya kami tak bisa masuk untuk melihat lebih jauh, karena kebetulan penjaga makam sedang tidak berada disekitar makam. Walaupun demikian, kami tak lantas kecewa, setidaknya ada beberapa gambar yang dapat kami ambil di tugu batu makam bapak W.R Soepratman tersebut.
Karena waktu dzuhur telah tiba, om Budi langsung memboyong kami ke sebuah masjid yang berbeda dari masjid kebanyakan. Masjid Muhammad Cheng Hoo. Ya, masjid bercorak klenteng ini membuat aku dan teman-teman lainnya terkagum. Pertama kali kami masuk, ada rasa sangsi melihat etnik Cina yang begitu kental. Tapi, setelah beberapa kali kami berkeliling mengitari masjid, akhirnya kami yakin kalau bangunan megah itu adalah sebuah masjid. Pepatah dulu mengatakan, “janganlah menilai sesuatu hanya dari luarnya saja.” Aku setuju akan hal itu. Terbukti dengan kemegahan masjid Cheng Hoo ini menambah nuansa sejarah yang apik didalamnya
“Masjid ini didirikan oleh seorang pemuda Cina yang masuk islam dulunya.” Jelas om Budi pada aku dan teman-teman.
“Kalau dlihat dari luar, memang seperti klenteng ya om, tapi kalau sudah masuk ke dalam, aura masjid sesungguhnya baru terpancar.” Jawabku
Teman- temanku yang lain terpesona melihat intrinsik masjid yang sangat berbeda dari masjid lainnya yang sering kami temui.

Perjalanan dilanjutkan menuju ke tugu pahlawan. Tempat ini merupakan saksi bagaimana perjuangan para pahlawan kita berjuang memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Tak lupa kami mengabadikan momen bersejarah ini dalam beberapa jepretan foto. Walaupun sang surya terlalu semangat memancarkan sinarnya, kami bertujuh tak patah semangat melanjutkan perjalanan yang berharga ini. Kami mulai menyusuri sudut demi sudut yang ada di tugu pahlawan. “Ternyata Indonesia memiliki begitu banyak cerita sejarah yang luar biasa,ya.” Tutur Cindy tiba-tiba
“Aku semakin bangga pada Indonesia”
“Kalau saja dulu aku tak tidur saat pelajaran sejarah, mungkin aku tak akan malu seperti sekarang. Masa sejarah Indonesia saja bisa kulupakan” tambahku
“Jadi, perjalanan kita hari ini adalah pelajaran dan pengalaman berharga buat kita,teman. Sambil menyelam minum air. Sambil ujian kita liburan.” Rere tertawa diikuti kelima temanku yang lain
Setelah puas mengitari setiap sudut tugu pahlawan, om Budi, yang menjadi pemandu setia wisata kami, mengajak untuk melihat monumen kapal selam. Di fikiranku tak sedikitpun terlintas bentuk dan rupa monumen tersebut. Waktu telah menunjukan pukul empat sore, kami tiba di monumen kapal selam dengan disambut rinai hujan yang menambah kesegaran setelah panas terik. Om Budi langsung mengajak kami masuk untuk melihat apa yang terdapat di dalam monumen kapal selam. Dan kembali aku terpengarah melihat bahwa didalam monumen ini didesain persis seperti kapal selam sungguhan, dimana terdapat tempat tidur prajurit dan kapten, peralatan perang, tempat penyimpanan bahan bakar dan amunisi serta beberapa bagian kapal selam yang tak kuingat namanya. Kurang lebih satu setengah jam kami menghabiskan waktu di dalam monumen, om Budi mengajak kami pergi ke suatu tempat yang menjadi ciri khas kota Surabaya. Patung Surabaya. Kami sampai tepat setelah hujan berhenti, sehingga tampak beberapa pengunjung yang mengambil gambar di sekeliling patung. Patung Surabaya terlihat begitu nyata. Ini merupakan simbol kemegahan kota Surabaya sendiri.
“Ini namanya patung Suro lan Boyo,mbak. Maksudnya patung ini menggambarkan ikan Hiu Sura dan Buaya” jelas om Budi pada kami
“Bagus banget ya,om. Pantas saja, patung ini jadi maskot Kota Surabaya.” Tambah Putri
Rosa dan Cindy mengangguk semangat. Mereka terlihat antusias mendengar mata kuliah sejarah yang dijelaskan om Budi. Setelah lelah berjalan, akhirnya kami semua memutuskan untuk pulang. Karena hujan kembali turun, om Budi langsung membawa kami ke penginapan. Hari ini sangat istimewa. Dari menyeberangi pulau melalui sebuah jembatan terpanjang, berkunjung ke makam bapak pencipta lagu Indonesia Raya, shalat di masjid dengan etnik Cina yang kental, menjelajahi tugu pahlawan yang menyimpan banyak peristiwa sejarah didalamnya, menelusuri setiap monumen kapal selam dan mengupas tuntas bagian - bagian kapal selam untuk perang pada jaman dulu sampai ditutup dengam menikmati patung Surabaya yang menjadi maskot kota indah ini.

Ekpedisi di negeri pahlawan sungguh menyenangkan dan meninggalkan kesan yang mendalam di hati. Semoga kota pahlawan ini akan terus seperti ini sampai kapanpun. Kota yang menyimpan banyak cerita dan saksi bisu atas perjuangan dan keringat para pahlawan yang merebut kemerdekaan Indonesia. Betapa bamgganya jadi salah satu bangsa Indonesia. Belajar dari sejarah, bahwa para pahlawan terdahulu dengan keringat bercucuran darah, dengan semangat yang terus membara, mereka mampu merebut kemerdekaan Indonesia dari bangsa asing. Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk membalas semua jasa – jasa beliau ? haruskah kita menyerah disetiap langkah perjuangan kita sedangkan para pahlawan saja enggan berhenti dan mengeluh demi kebahagiaan anak cucu mereka ? terima kasih, hari ini aku telah banyak belajar dan dibawa untuk menelusuri kilas balik perjuangan pahlawan bangsa dan melihat takjub bukti perjuangan mereka. Suatu saat, anak cucuku harus melihat ini , agar mereka tahu bahwa kemenangan kemerdekaan Indonesia bukanlah cerita sejarah belaka atau dongeng sebelum tidur.


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Project #Jalan2INDONESIA yang diselenggarakan Nulisbuku.com, Storial.co, dan Walk Indies.



0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar

jangan lupa dikomen dan diberi saran yaaterima kasih sudah berkunjung, jangan bosan - bosan datang lagi yaa