Blogger Widgets All About Us..: 2015

Jumat, 25 Desember 2015

Ekspedisi di Negeri Pahlawan


Akhir – akhir ini aku sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian dalam melanjutkan pendidikanku di sebuah universitas ternama di pulau Jawa. Jauh sebelum ini aku telah banyak mencari informasi mengenai universitas yang menjadi targetku itu. Setelah semua berkas yang ku masukan dalam sebuah website universitas pilihanku, aku segera mencetak kartu ujian dan menyiapkan diri untuk bertempur di medan perang nanti. Ada rasa bahagia bisa pergi menempuh ilmu di negeri seberang, namun tak sedikit rasa cemas dan khawatir menghampiri. Bagaimanapun aku harus siap menerima semua konsekuensinya nanti dan bertanggung jawab atas pilihan ku tersebut.
Siang ini setelah mencetak kartu ujian, aku melihat banyak teman-temanku berkumpul. Mereka sedang membicarakan tentang hari perayaan wisuda diplomaku. Aku baru menyadari bahwa wisuda ku juga akan diselenggarakan pada bulan yang sama aku mengikuti ujian masuk universitas. Ku hampiri mereka yang sedang asyik mengobrol..
“Eh,Tik Lagi ngomongin apa sih? Seru banget kelihatannya” tanyaku pada salah seorang temanku
“Ini loh uni, kita lagi ngomongin persiapan wisuda nanti. Uni gimana? Sudah menyiapkan baju kebaya untuk acara nanti?” tanyanya balik padaku. Sontak ku terkejut mendengar pertanyaan dari Tika. Aku benar-benar tidak sadar bahwa hari wisudaku sebentar lagi tiba, namun aku belum menyiapkan diri untuk itu.“Ya kalau baju kebayanya sih sudah,tik. Hehehe” jawabku dengan tampang polos
“Emang kepastian wisudanya tanggal berapa sih?” lanjut ku bertanya pada Tika
“Loh uni belum tahu juga? Tanggal 8 bulan depan? Sudah tinggal seminggu lagi ini uni” jawab Sari
Bagaimana aku bisa melupakan hari pentingku? Mungkin karena terlalu sibuk dengan urusan persiapan ku masuk universitas, sehingga membuatku melupakan beberapa hal yang perlu aku persiapkan juga. “Tanggal 8 bulan depan? Tunggu! Bukankah, besoknya aku harus melakukan ujian masuk universitas?” batinku dalam hati. Ini benar-benar dilema. Di sisi lain aku akan wisuda, namun disisi lainnya aku harus berangkat ke luar kota untuk ujian. Yang kuharpakan saat ini hanyalah keajaiban semoga jadwal wisuda bisa ditunda.

            Namun hal yang kutakutkan terjadi. Setelah pembicaraanku bersama Tika dan Sari seminggu yang lalu, ternyata jadwal wisudaku tidak ditunda. Saat ini aku telah berada di sebuah auditorium tempat ku melaksanakan perhelatan besar bagi calon diploma. Aku telah mengenakan baju hitam kebesaran dan sebentar lagi gelar diploma akan segera melekat di akhir namaku. Ada perasaan haru saat mendengar namaku dipanggil kedepan. Hari yang ditunggu telah tiba. Perjuangan panjang selama tiga tahun telah terbalaskan dengan satu hari yang bersejarah ini. Ibu dan bapakku sampai meneteskan air mata melihat kemenanganku pada hari ini.
“Selamat ya, uni. Akhirnya sudah sarjana juga. Semoga nanti diterima di universitas yang diinginkan”
“Terima kasih, Sa. Doakan ya besok ujian penentuannya, semoga aku bisa lanjut pendidikan lagi.” Jawabku pada Nisa.
Nisa mengangguk dan tersenyum padaku. Nisa adalah sahabatku semasa kuliah, namun beda kampus. Kami telah bersahabat sudah hampir tiga tahun dan sampai sekarang.
“Uni, kita harus berangkat ke bandara supaya tidak terjebak macet nanti. Takutnya kalau nanti, kamu ketinggalan pesawat, nak” ajak ibuku tiba-tiba
“Baik buk, kita memang harus buru-buru. Mengingat besok adalah hari ujiannya.” Jawabku pada ibu. Aku telah mempersiapkan semua perlengkapanku didalam mobil. Setelah ku berganti pakaian akhirnya, kijang yang di pacu oleh Om Syarif melaju sampai ke bandara. Dengan perasaan lelah bercampur cemas aku menunggu sampai akhirnya tiba di bandara. Kedua orang tuaku mengantarkan sampai pintu keberangkatan. Saat itu tampak enam orang temanku telah menunggu kedatanganku. Ya, aku tidak sendiri. Aku akan mengikuti ujian bersama temanku yang lainnya.
“Buk , doain ya semoga uni bisa lulus masuk universitas yang uni inginkan dan melanjutkan pendidikan disana.” Pintaku pada ibu
“Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik,nak. Hati-hati ya, segera kabarkan ibu jika sudah sampai.” Jawab ibu. Aku tersenyum dan langsung memeluk ibu.

            Saat ini aku telah sampai di Bandara Internasional Juanda. Setelah kami semua mengambil bagasi akhirnya Om Budi, yang baru kuketahui namanya dari salah seorang temanku, datang menjemput. Kami diantar sampai tiba di penginapan. Rasa lelah luar biasa mengampiri seluruh tubuhku. Aku segera membersihkan diri dan beristirahat untuk persiapan besok hari.
Keesokan harinya, kami semua bangun dengan perasaan yang sudah kembali segar. Bagaimanapun keadaannya, kami harus tetap semangat untuk meraih masa depan. Setelah bersiap akhirnya kami langsung menuju ke tempat ujian. Ujiannya hanya berlangsung satu hari dalam waktu dua jam saja, namun sangat berarti bagi ku dan keenam temanku. Setelah selesai ujian, kami bergegas mengambil tempat duduk di bawah pohon yang tak begitu rindang
“Gimana ujiannya tadi, teman? Sulit juga ternyata,ya.” Laksmi mulai membuka obrolan
“Bener mi. Soalnya lumayan bikin otakku jadi keriting.” tambah Rere
“Bagaimana kalau setelah ini kita refreshing dulu sambil menunggu pengumuman nanti. Kan lumayan sudah sampai disini, masa tidak jalan-jalan?” tutur Putri
“Baiklah, kita atur saja rute perjalanan kita selama disini. Setidaknya sambil menyelam minum air, tujuan awal adalah ujian namun setelah hal pertama selesai, tidak masalah kalau kita pergi berlibur sejenak,kan?” kataku pada teman-teman yang lain
‘Setuju! Kita harus tahu tempat wisata yang bagus di Surabaya ini.Dari makanan sampai tempat sejarahnya harus kita telusuri. Kelak, hari ini akan jadi kenangan yang bisa kita ceritakan kepada teman-teman dan keluarga kita”
“Wah boleh juga tuh. Sebaiknya kita minta tolong om Budi dalam perjalanan kita saja. Karena dari kita belum pernah ada yang kesini, takutnya nanti malah nyasar.” Jawab Rosa. Aku dan lima orang temanku yang lain hanya tertawa mendengar penjelasan Rosa. Gadis lugu ini sangat takut jika nanti kita akan hilang di kota sebesar Surabaya.

            Setelah kami semua bermusyawarah, aku segera menghubungi om Budi. Beruntungnya beliau langsung menyanggupi permintaan kami. Beliau mengatakan bahwa perjalanan keliling Surabaya ini akan dimulai pada esok hari. Aku dan teman-teman lain langsung berteriak kegirangan.
Esoknya, setelah bersiap dan makan pagi, perjalanan dimulai dengan rute ke jembatan Suramadu. Sejujurnya, aku tidak pernah membayangkan berada di kota penuh sejarah ini. Aku, gadis keturunan minang, terkadang hanya menghabiskan waktu liburan di sekitar kota di pulau Sumatera saja. Namun, saat ini, kakiku telah menginjakkan bumi arek-arek Suroboyo. Ada perasaan bangga dan senang ketika sampai di tempat sejauh ini. Setelah memakan waktu kurang lebih dua jam, sampailah kami di jembatan Suramadu, jembatan yang dulunya hanya dapat kulihat di televisi saja atau kadang di media masa. Tapi sekarang aku telah berada di atasnya sembari melihat pemandangan kiri dan kanan adalah hamparan lautan yang terpampang luas. Kami tidak diizinkan turun karena kononya ada polisi dari dinas perhubungan yang sedang berpatroli di jembatan tersebut. Alhasil, om Budi membawa kami ke bawah jembatan untuk sekedar mengambil foto dalam mengenang perjalanan kami di jembatan Suramadu. Memang tidak diragukan, jembatan panjang tersebut sungguh istimewa, jembatan yang menghubungkan kota Surabaya dan Madura. Terlebih banyak hiasan yang bertengger indah di atas jembatan menambah kesan elegan pada jembatan Suramadu. “Setelah ini, kita akan kemana lagi om?” tanyaku pada om Budi
“Kita akan berkunjung ke makam bapak pencipta lagu Indonesia Raya” jawab om Budi
“Maksud om, W.R Soepratman?” tanya Rosa tiba-tiba
Om Budi tersenyum dan itu pertanda jawaban Rosa tadi benar. Aku tak pernah tahu bahwa sebelumnya ada makan W.R Soepratman disini. Mungkin karena ketika pelajaran sejarah dulu aku sering tertidur di kelas saat guru menerangkan. Ah, malu dan menyesal sekali rasanya.
Tak butuh waktu lama, akhirnya kami sampai di sebuah pekarangan yang tidak begitu luas. Dari luar tampak tugu batu yang mengisyaratkan bahwa disini adalah tempat makam bapak W.R Soepratman, sayangnya kami tak bisa masuk untuk melihat lebih jauh, karena kebetulan penjaga makam sedang tidak berada disekitar makam. Walaupun demikian, kami tak lantas kecewa, setidaknya ada beberapa gambar yang dapat kami ambil di tugu batu makam bapak W.R Soepratman tersebut.
Karena waktu dzuhur telah tiba, om Budi langsung memboyong kami ke sebuah masjid yang berbeda dari masjid kebanyakan. Masjid Muhammad Cheng Hoo. Ya, masjid bercorak klenteng ini membuat aku dan teman-teman lainnya terkagum. Pertama kali kami masuk, ada rasa sangsi melihat etnik Cina yang begitu kental. Tapi, setelah beberapa kali kami berkeliling mengitari masjid, akhirnya kami yakin kalau bangunan megah itu adalah sebuah masjid. Pepatah dulu mengatakan, “janganlah menilai sesuatu hanya dari luarnya saja.” Aku setuju akan hal itu. Terbukti dengan kemegahan masjid Cheng Hoo ini menambah nuansa sejarah yang apik didalamnya
“Masjid ini didirikan oleh seorang pemuda Cina yang masuk islam dulunya.” Jelas om Budi pada aku dan teman-teman.
“Kalau dlihat dari luar, memang seperti klenteng ya om, tapi kalau sudah masuk ke dalam, aura masjid sesungguhnya baru terpancar.” Jawabku
Teman- temanku yang lain terpesona melihat intrinsik masjid yang sangat berbeda dari masjid lainnya yang sering kami temui.

Perjalanan dilanjutkan menuju ke tugu pahlawan. Tempat ini merupakan saksi bagaimana perjuangan para pahlawan kita berjuang memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Tak lupa kami mengabadikan momen bersejarah ini dalam beberapa jepretan foto. Walaupun sang surya terlalu semangat memancarkan sinarnya, kami bertujuh tak patah semangat melanjutkan perjalanan yang berharga ini. Kami mulai menyusuri sudut demi sudut yang ada di tugu pahlawan. “Ternyata Indonesia memiliki begitu banyak cerita sejarah yang luar biasa,ya.” Tutur Cindy tiba-tiba
“Aku semakin bangga pada Indonesia”
“Kalau saja dulu aku tak tidur saat pelajaran sejarah, mungkin aku tak akan malu seperti sekarang. Masa sejarah Indonesia saja bisa kulupakan” tambahku
“Jadi, perjalanan kita hari ini adalah pelajaran dan pengalaman berharga buat kita,teman. Sambil menyelam minum air. Sambil ujian kita liburan.” Rere tertawa diikuti kelima temanku yang lain
Setelah puas mengitari setiap sudut tugu pahlawan, om Budi, yang menjadi pemandu setia wisata kami, mengajak untuk melihat monumen kapal selam. Di fikiranku tak sedikitpun terlintas bentuk dan rupa monumen tersebut. Waktu telah menunjukan pukul empat sore, kami tiba di monumen kapal selam dengan disambut rinai hujan yang menambah kesegaran setelah panas terik. Om Budi langsung mengajak kami masuk untuk melihat apa yang terdapat di dalam monumen kapal selam. Dan kembali aku terpengarah melihat bahwa didalam monumen ini didesain persis seperti kapal selam sungguhan, dimana terdapat tempat tidur prajurit dan kapten, peralatan perang, tempat penyimpanan bahan bakar dan amunisi serta beberapa bagian kapal selam yang tak kuingat namanya. Kurang lebih satu setengah jam kami menghabiskan waktu di dalam monumen, om Budi mengajak kami pergi ke suatu tempat yang menjadi ciri khas kota Surabaya. Patung Surabaya. Kami sampai tepat setelah hujan berhenti, sehingga tampak beberapa pengunjung yang mengambil gambar di sekeliling patung. Patung Surabaya terlihat begitu nyata. Ini merupakan simbol kemegahan kota Surabaya sendiri.
“Ini namanya patung Suro lan Boyo,mbak. Maksudnya patung ini menggambarkan ikan Hiu Sura dan Buaya” jelas om Budi pada kami
“Bagus banget ya,om. Pantas saja, patung ini jadi maskot Kota Surabaya.” Tambah Putri
Rosa dan Cindy mengangguk semangat. Mereka terlihat antusias mendengar mata kuliah sejarah yang dijelaskan om Budi. Setelah lelah berjalan, akhirnya kami semua memutuskan untuk pulang. Karena hujan kembali turun, om Budi langsung membawa kami ke penginapan. Hari ini sangat istimewa. Dari menyeberangi pulau melalui sebuah jembatan terpanjang, berkunjung ke makam bapak pencipta lagu Indonesia Raya, shalat di masjid dengan etnik Cina yang kental, menjelajahi tugu pahlawan yang menyimpan banyak peristiwa sejarah didalamnya, menelusuri setiap monumen kapal selam dan mengupas tuntas bagian - bagian kapal selam untuk perang pada jaman dulu sampai ditutup dengam menikmati patung Surabaya yang menjadi maskot kota indah ini.

Ekpedisi di negeri pahlawan sungguh menyenangkan dan meninggalkan kesan yang mendalam di hati. Semoga kota pahlawan ini akan terus seperti ini sampai kapanpun. Kota yang menyimpan banyak cerita dan saksi bisu atas perjuangan dan keringat para pahlawan yang merebut kemerdekaan Indonesia. Betapa bamgganya jadi salah satu bangsa Indonesia. Belajar dari sejarah, bahwa para pahlawan terdahulu dengan keringat bercucuran darah, dengan semangat yang terus membara, mereka mampu merebut kemerdekaan Indonesia dari bangsa asing. Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk membalas semua jasa – jasa beliau ? haruskah kita menyerah disetiap langkah perjuangan kita sedangkan para pahlawan saja enggan berhenti dan mengeluh demi kebahagiaan anak cucu mereka ? terima kasih, hari ini aku telah banyak belajar dan dibawa untuk menelusuri kilas balik perjuangan pahlawan bangsa dan melihat takjub bukti perjuangan mereka. Suatu saat, anak cucuku harus melihat ini , agar mereka tahu bahwa kemenangan kemerdekaan Indonesia bukanlah cerita sejarah belaka atau dongeng sebelum tidur.


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Project #Jalan2INDONESIA yang diselenggarakan Nulisbuku.com, Storial.co, dan Walk Indies.



Selasa, 22 Desember 2015

SURAT UNTUK IBUK

Jambi, 22 Desember 2015

Ytc, Ibuk....
Dear, ibuk...
Anggap saja ini bukanlah sebuah surat dari ku untukmu. Ini adalah bait – bait cinta dari segala rasa syukurku akan cintamu. Kini hampir seperempat abad ku hidup di dunia ini, menghirup oksigen milik-Nya dan menapaki setiap sudut duniawi yang fana ini. Aku telah beranjak dewasa kini,buk. Aku, yang dulunya gadis kecilmu kini bakal calon ibu untuk cucu-cucumu kelak. Ibuk, andai aku diberi tiga permintaan seperti didongeng lampu ajaibnya Aladin, aku ingin terus berada didekat ibuk, didekapan hangat ibuk. Karena aku tahu, tak ada tempat ternyaman di dunia ini dibandingkan dalam balutan cintamu. Ibuk, kalau saja nanti ada yang datang melamarku, katakan padanya untuk bisa menungguku sebentar. Aku ingin membahagiakanmu dahulu. Aku ingin membalas semua perjuangan dan pengorbananmu selama ini, walau aku tahun lautan dan samudera luas di luar sana pun tak mampu aku genggam sebagai ganti balas jasamu padaku

Dear, Ibuk....
Berapa banyak kata lagi yang akan kurangkai sebagai wujud rasa syukur dan terima kasihku atas kekuatanmu untukku selama ini. Apa yang bisa membuatmu bahagia, buk? Katakanlah...
Akan ku lakukan semuanya untukmu..Tapi kau hanya menjawab dengan kalimat yang hampir membuatku berhenti bernafas, “Ibuk, hanya ingin melihatmu sukses,nak”. Ya, itulah permintaan sederhanamu yang mampu buat kau bahagia. Mengapa ibuk selalu saja mementingkan kebahagiaanku dibandingkan dirimu sendiri,buk? Aku selalu saja bertanya pada diriku sendiri. Ya, kau adalah pahlawan tanpa balas jasa, kau wonder womanku,buk. Yang kau beri tak sebanding dengan yang kau dapatkan. Aku selalu kalah jika terus berdebat denganmu. Karena kau hanya memikirkan bagaimana aku bisa sukses dan berhasil di kemudian hari. Kau hanya butuh itu....

Dear, Ibuk....
Aku bukanlah pujangga yang mampu merajut bait menjadi sebuah puisi. Aku bukanlah penyair yang mampu menciptakan sajak demi sajak menjadi indah. Aku bukanlah sutradara pembuat cerita romantis. Aku hanya anakmu, gadis kecil dari darah dagingmu sendiri. Aku, yang selalu kau beri cinta hingga tumbuh menjadi orang yang dicintai. Aku, yang kau rawat dan dididik dengan penuh kesabaran hingga tumbuh menjadi orang yang tahu menghargai. Aku, bukanlah mereka yang terkenal dan berlimpah harta. Tapi bagiku, kesederhanaan yang mampu membuatku kaya akan ilmu. Kau ajarkan aku berkenalan dengan sakit. Kau ajarkan aku bersahabat dengan keprihatinan. Sampai pada akhirnya, bersenang – senang kemudian aku rasakan. Ah, entahlah rasanya aku merasa kurang jika harus mendeskripsikan betapa luar biasanya dirimu. Aku hanya butiran pasir di pantai yang kelak akan hilang dengan deburan ombak yang menari. Tapi, karena kau dan cintamu mampu menguatkan aku melawan betapa kerasnya dunia ini. Terima kasih ibuk, tanpamu mentari mungkin saja dapat bersinar, namun aku takkan mampu hidup jika hanya ditemani sinar mentari tanpa kehangatan darimu.
SELAMAT HARI IBU, MALAIKAT TAK BERSAYAP KU :*

With love,
Your sweet naughty daughta
Hen’s






Senin, 14 Desember 2015

Ibuk Is My Everything


Kalau ada yang lebih hebat di bumi ini pasti akan aku jawab itu ibuk. Bahkan power puff girl ataupun wonder woman lainnya tak ada yang bisa mengalahkan betapa hebatnya seorang ibuk. 
Seperti kebiasaan kita di sore ini, aku dan ibuk selalu duduk santai menikmati cemilan dan secangkir teh hangat buatan beliau. Rasanya selalu sama, enak dan menghangatkan. Kelak, jika ku telah menikah, aku ingin menjadi ibu seperti ibuk buat anak - anakku. Wanita yang sudah setengah abad inilah selalu menemani hari - hari yang terlalu penat akan rutinitas ku akan duniawi. Beliau dengan sabar menghadapi setiap karakterku yang masih labil ini. Sore ini, kami sedang bercerita tentang masa depan yang mungkin akan aku hadapi sebentar lagi
"Buk, ingin makan yang pedas - pedas, deh" kataku tiba-tiba
"Iya uni, nanti ibuk buatkan" senyumnya padaku. Aku mengangguk tanda setuju. Selalu saja beliau mampu membuatku betah di rumah dengan berbagai macam makanan lezat buatan beliau
"Sampai kapan uni mau makan yang pedas - pedas ? nanti kalau dapat suami orang Jawa, mana bisa selalu makan pedas. Kita kan juga harus mengimbangi makanan pasangan kita" jawab ibuk
"Biar saja,buk. Nanti akan uni ajarkan untuk makan yang pedas-pedas. Kalau dia berani melamar uni, berarti harus siap menerima uni apa adanya" Kataku mantap
Ibu hanya tertawa. Bagi beliau aku tetap gadis kecilnya, yang susah untuk dewasa dan masih bersikap kekanakan. Tapi beliau tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Usiaku kini sudah beranjak dua puluh tiga tahun. Sudah saatnya aku harus banyak belajar bagaimana mengelola masa depanku sendiri. Karena tidak selamanya aku terus bergantung pada ibuk.

*****

Kalau berbicara bagaimana dekatnya aku dan ibuk, seperti tak ada celah diantara kami. Ya, sangat dekat. Bagaikan bulan yang terus mengitari bumi, menemani kemana pun bumi berputar tanpa mengenal lelah lantas rehat sejenak. Aku dan ibu kemana - mana selalu bersama, bahkan dalam membeli keperluanku saja, aku selalu mengandalkan ibuk. Misalnya, aku lebih memilih membeli baju atau sepatu dengan ditemenai ibuk dibandingkan membelinya bersama teman - teman. Ada rasa kurang percaya diri dalam hati, bukan karena aku keberatan mengeluarkan uang hanya sekedar membeli perlengkapanku, tapi karena pilihan ibu selalu memuaskan hati. Tak ada satupun barang yang tak aku suka jika ibuk yang memilihkan dan akan selalu ada pujian dari orang-orang sekitar saat aku mengenakan pakaian pilihan ibuk. Rasanya ibuk adalah fashion stylishku. Terserah kalau nantinya mereka mencibirku karena belum mandiri. Masa bodohlah, toh aku dilahirkan dari rahim ibuk bukan dari rahim mereka. Ibuk saja tak mempermasalahkan bagaimana manjanya aku kepadanya. Aku selalu mensyukuri itu.

*****

Sudah empat bulan aku resmi menyandang predikat sarjana di belakang namaku. Aku telah menyelesaikan kewajiban dalam pendidikanku. Bukankah itu pertanda bahwa aku sudah seharusnya mandiri dan memulai untuk bekerja ? Ya, memang seharusnya. Namun saat aku bertanya pada ibuk akan niatku ini, ibuk selalu saja dengan sabar memberikanku wejangan andalannya.
"Uni masih muda. Untuk apa cepat bekerja ? Bukannya lebih baik kalau harus lanjut kuliah dulu ? Nanti, kalau sudah lulus S1, silakan kalau uni mau bekerja" Kata beliau padaku
"Iya buk. teman - teman uni sudah banyak yang masukin lamaran ke klinik - klinik. Ingin rasanya mencari uang sendiri dan nggak bergantung pada ibuk dan bapak lagi". jawabku
Ibuk melihatku dalam. Ada sorotan kesedihan karena bantahanku kepadanya. Bagi ibuk aku harus lanjut strata 1 dahulu baru setelah itu aku boleh bekerja. Karena kalau berhenti sampai diploma tiga ku ini, ibuk masih belum bisa melepasku. Tidak ada yang salah dengan gelarku saat ini. Ibuk dan bapak selalu bangga denganku.
"Ibuk ngerti ni. Tapi alangkah lebih baiknya kalau uni lanjut kuliah dulu terus uni capai cita - cita uni untuk jadi seorang dosen. Bukannya dulu uni yang sangat ingin jadi dosen? kok ya sekarang malah ingin berhenti sampai disini,nak?" timpal ibuk padaku. Ibuk selalu tahu akan mimpi dan cita - citaku. Sudah sejak lama ketika aku mulai kuliah di jurusan ini, aku ingin meneruskan pendidikan sampai menjadi seorang dosen. Tapi karena pengaruh dari lingkungan sekitarku, ada saja yang mampu membuatku ingin menyerah.
"Ibuk ngerti bagaimana gelisah dan khawatirnya uni. Ibuk sama bapak Insya Allah masih sanggup membiayai pendidikan uni. Uni jangan nyerah dengan cita - citanya dulu. Uni kan tahu bagaimana dulunya ibu tunggang langgang kuliah sambil bekerja. Jadi ibuk nggak ingin uni seperti ibuk, susahnya mencari uang sembari melanjutkan pendidikan"
"Maafin uni, buk. Sejujurnya uni hanya ingin membahagiakan ibuk sama bapak. Mungkin saja setelah uni bekerja nanti, uni bisa membantu ibuk sama bapak". jawabku sampai tak terasa ada butiran hangat yang tiba-tiba membanjiri pipiku
"Uni jangan mikir yang jauh-jauh dulu. Tetap fokus sama cita - cita uni. Ibuk sama bapak akan terus mendukung setiap keputusan uni. Asal setiap keputusan yang uni ambil adalah yang terbaik dan telah dipertimbangkan baik buruknya."
Aku langsung memeluk ibuk. Ada kehangatan dalam hati ketika ibuk berbicara padaku. Ibuk bagai sahabat sekaligus malaikat tak bersayap bagiku. Kata - kata ibuk mampu membuatku luluh dan memantapkan diri untuk bangkit dari keterpurukanku. Ibuk benar, aku harus fokus untuk meraih cita - citaku dulu, setelah itu aku bisa membalas semua pengorbanan ibuk dan bapak padaku. Walaupun aku tahu bahwa semua yang telah mereka berikan padaku tidak cukup aku balas bahkan dengan emas permata sekalipun. 

*****

Sore itu perdebatan panjangku bersama ibuk berakhir dengan haru biru. Kami seperti sahabat karib yang tak henti - hentinya berceloteh siang dan malam. Selalu saja ada pembahasan yang patut diperbincangkan. Mungkin kalau nantinya aku akan berumah tangga, aku ingin calon suamiku juga menyanyangi calon ibu mertuanya ini seperti ibu kandungnya sendiri. Calon suamiku nanti tentu saja harus direstui ibuk dan mendapatkan posisi terbaik di mata ibu, bukan sebagai kiper atau gelandang tapi posisi sebagai calon menantu yang akan menjaga anak gadis semata wayangnya ini. Apalagi yang bisa aku deskripsikan mengenai ibuk ? Sudah kehabisan kata - kata jika harus memuji seorang ibuk. Bahkan kalau ada kata yang lebih baik dari pujian dan ungkapan syukur, mungkin aku akan pilih itu. Teringat sebentar lagi adalah hari ibu, aku ingin memberikan sesuatu yang bermakna buat ibuk. Memang pantas kalau di kalender kita ini ada hari istimewa untuk seorang bidadari cantik yang telah melahirkan sebongkah daging yang bernyawa. Bagiku hari ibu adalah simbol pengungkapan rasa terima kasih untuk beliau, karena melihat bagaimana perjuangan dan pengorbanan beliau dulu selama sembilan bulan sampai saat ini yang masih terus merawat anak - anaknya. Tapi, bukan di tanggal 22 Desember saja kalau memang ingin berterima kasih kepada ibu, karena hari lain merupakan hari istimewa juga sebagai pengungkapan kejujuran seorang anak kepada ibunya. Kalau aku boleh mengutip kata - katanya dari penulis hebat nan terkenal, Pidibaiq berkata,"Ah, bunda, siapa sih engkau ? cuma jantung di dalam hatiku." Aku sangat terkesan dengan kata-kata ayah Pidibaiq. Karena bagiku walaupun hanya sebongkah jantung tapi tanpanya tak akan ada kehidupan, aku tak bisa hidup jika jantung tak terus berdetak. Begitulah seorang ibuk bagiku kemarin, hari ini, esok dan selamanya.
Kalau ada tiga permintaan dari lampu ajaibnya aladin, aku ingin memberikan semua permintaan untuk ibuk. Tapi yang lebih utama dan dahsyat adalah berdoa kepada-Nya, karena tanpa kekuatan dari-Nya mungkin aku tak bisa menjadi apa - apa tanpa ibuk



Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Project #DearMama yang diselenggarakan Nulisbuku.com dan Storial.co


Minggu, 13 Desember 2015

Banyak Cinta di Bulan Desember

Hari istimewa adalah hari dimana saya dapat merasakan dan berbagi kebahagiaan dengan mereka yang saya sayangi, hari dimana saya juga dapat berbagi cinta dan kasih sayang kepada mereka yang menyanyangi saya......

Alhamdulillah, sudah sejauh ini saya melangkahkan kaki , menapaki bumi Allah dengan kedua kaki yang selalu saya langkahkan kemana pun saya pergi
Alhamdulillah, sudah selama ini pula saya gunakan organ saya untuk menerima dan merasakan nikmat Allah yang tiada tara
Alhamdulillah, saya masih diberikan waktu oleh-Nya untuk bisa sampai pada usia saat ini, Welcome back 23! Tua kah? Rasanya belum, karena parameter tua itu adalah ketika kamu sudah tak bisa melakukan banyak hal lainnya.... *prinsip*
Walaupun mungkin saya lebih dulu lahir dibandingkan teman sebaya saya yang lain, tapi bagi ibuk, saya tetaplah gadis kecil yang dilahirkan dari rahim kokohnya itu, tidak pernah tampak tua dan dewasa. Iyah, saya merasa masih susah untuk bersikap dewasa tapi saya akan mencoba :')
Hari ini adalah hari jadi kelahiran saya, dimana setiap manusia yang hidup di dunia ini menjadikan satu hari sebagai hari peringatan atas kelahirannya dulu. Dan saya pun tentu memilikinya
12 Desember 1992-12 Desember 2015....

Hay, kita bertemu kembali. Rasanya setiap tahun selalu aja ada kejutan - kejutan yang tak terduga. Setiap tahun terasa berbeda, entah dari orang - orang yang mengucapkan pun dari orang - orang yang ikut handil merayakan bersama saya. Bahkan di tahun ini, Alhamdulillah saya telah menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi.
Tepat dua puluh tiga tahun di penghujung tahun 2015 ini, tak banyak yang bisa saya haturkan. Telah beribu doa yang telah di panjatkan oleh kedua orang tua , sahabat dan teman - teman saya. Bagi saya doa mereka sungguh berharga...walaupun hampir tujuh puluh lima persennya mendoakan saya untuk segera bertemu jodoh. iya. Jodoh!
Semua doa adalah terbaik, dan saya hanya bisa meng-AMIN-kan, semoga Allah mengijabah dan menyegerakan bait - bait doa dari semua teman dan sahabat saya.
Saya bahagia. Sungguh bahagia. Karena di hari spesial saya, mereka tak pernah lupa untuk sekedar nge-BBM atau nge-Line hanya untuk mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN TETEH, SEMOGA PANJANG UMUR DAN SUKSES KEDEPANNYA SERTA ENTENG JODOH! Yahh, hampir dari semua isi Chat saya adalah doa - doa cantik itu. Amiinnn
Pun di berbagai media sosial yang lain, baik di Instagram maupun di Facebook, Syukurnya saya ,bahkan pak satpam di kampus saya dulu juga ikut mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada saya, Ibu bidan yang dulunya tempat saya dinas juga ikut mendoakan saya, teman- teman semasa sekolah sampai teman semasa kuliah tak ada satupun yang terlewat mendoakan yang terbaik. Allah Maha Besar, Mereka Luar Biasa...
Setelah dua puluh tiga tahun ini saya mengerti makna Ulang Tahun yang sesungguhnya. Bukan hanya ucapan maupun banyak kado yang diberikan, tapi lebih kepada Kasih Sayang, Perhatian dan Kebaikan orang - orang disekeliling saya selama ini kepada saya. Mereka turut merasakan Euphoria hari jadi saya ini. Masya Allah, saya bangga telah mengenal dan memiliki mereka.
Allah, thanks for your time which have given me, thanks for them who always beside me. I know, You sent them for making me stronger

Iyahh, Allah selalu menghadirkan orang - orang luar biasa seperti mereka. Tanpa mereka, saya bukan siapa - siapa dan mungkin tidak bisa melangkah sejauh ini. Saya perlu di-tatah dan di-tuntun jalannya untuk benar. Saya perlu di-bimbing setahap demi setahap sampai menuju garis finish. Kalau tak ada mereka lalu saya bisa apa? terjatuh dan terus terjatuh enggan bangkit walau hati semakin menangis. Tapi mereka selalu buat saya kuat. Karena semangat , dukungan , doa , dan cinta dari mereka yang saya sayangi saya bisa berdiri tegap hingga detik ini. 
Terima kasih atas semuanya Ya Allah. Beri mereka yang selalu ada buat saya dengan berlimpah kebahagiaan, Dan beri saya kekuatan serta rezeki agar kelak bisa membalas semua jasa mereka walaupun mungkin tak ada yang bisa saya hitung...
Semoga saya dan mereka bisa bertemu di Desemeber berikutnya, karena banyak cinta yang hadir di bulan indah ini...... :"))

Kamis, 03 Desember 2015

Semua Butuh Proses

Tiba - tiba langsung muncul ide soal cuap cuap mengenai proses. Entah itu proses belajar , proses menemukan jati diri pun proses dalam menjemput jodoh. HeHeHeHeHe
Saya memang tak banyak pengalaman tentang berbagai proses, tapi saya telah banyak belajar dalam melalui proses. Sudah genap 22 tahun saya bernyawa dan masih di beri kesempatan untuk mencicipi Oksigen nya Allah di dunia ini, Alhamdulillah. Saya masih menikmati proses itu.
Mau bercerita bagaimana saya mulai belajar dari proses yang sudah 22 tahun itu saya lalui. Tentunya nggak mudah dan nggak cepat. Ada banyak rintangan dan kerikil tajamnya, jurang yang curam bahkan gangguan dari bisikan sana - sini. Memang, namanya hidup kalau mau dapat yang instan, beli saja Mie gelas atau Supermi! (maap sebut merk, saya tidak lagi melawak.catet!)
Kadang ada saja hambatannya ketika sudah setengah jalan. Bahkan sampai menguras pikiran dan hati. Tapi balik lagi ke judul awalnya, Namanya juga proses.....
Sama halnya dengan pernikahan. hm.....maksudnya kita ngomongin prosesnya yang ngejlimet itu. Sebelum mengarah kesana, pastinya seseorang, entah kamu , aku atau dia akan mengalami proses demi proses yang membuat seseorang memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, bukan? Nah, otomatis dia akan melalui berbagai proses dari awal berkenalan, pendekatan, saling mengenal , sampai akhirnya memutuskan untuk mengikat janji di depan orang tua dan penghulu #cieee
And then, nggak sampai disitu aja, Setelah mereka menikah pun akan ada banyak proses sampai memiliki keturunan kelak (a.k.a Anak). Mungkin prosesnya akan jauh berbeda dari awal berkenalan, karena namanya membangun bahtera rumah tangga bukanlah semudah membangun istana pasir di pantai. Yah, sejauh itu yang saya tahu. Karena saya belum melalui dunia seperti itu. Mungkin nanti, suatu hari pada waktunya. 
Semua butuh proses.....
Proses yang membuat sesorang menjadi lebih kuat dan menghargai setiap perjuangan dan pengorbanan. Proses jua lah yang menuntun seseorang untuk mencapai keberhasilan atas usahanya. Karena hasil yang didapat tak kan pernah mengkhianati usaha.
Walaupun pada akhirnya, hasil yang didapat tidak sesuai dengan keinginan, setidaknya fikirkan kembali proses yang telah kita lewati sampai bisa seperti sekarang ini...
Ingat, Jika kita tak mendapatkan apa yang kita inginkan, Tuhan akan menggantikan dengan yang jauh lebih baik dari apa yang kita harapkan. Masya Allah :')
Luar biasa memang makna proses dalam kehidupan kita. Andaikan setiap manusia dapat memahami setiap proses dibandingkan hasil, mungkin tak akan ada namanya iri dan dengki, kecemburuan dan ketimpangan sosial. Kalau saja manusia mau sedikit lebih bersabar dalam melewati setiap proses, betapa damainya dunia karena tak ada amarah dan caci maki. Kalau saja.....
Mungkin semua yang diharapkan tersebut lama - lama akan tercapai beriringnya waktu, karena yang terbaik adalah yang mampu melewati setiap prosesnya. Proses adalah pembelajaran. Proses adalah pengalaman. Hidup untuk hari ini dan berharap untuk besok. 
Semuanya butuh proses, mau seperti apa perjalanannya kelak, nikmati dan resapi. Semoga saya , kamu dan mereka bisa lebih bersyukur dengan apa yang diperoleh saat ini, bisa saling berbagi dan memaknai hidup lebih baik lagi....


That's (NOT) A Joke!

Masih jaman kalo sekarang nanyain umur brapaaa? 
Sudah bosen setiap orang nanyain umur berapa, lahir tahun berapa sekarang sibuk apa. Seperti tidak ada stok pertanyaan lain saja di dunia ini. Kalau memang baru pertama kenal dan belum pernah ketemu sebelumnya, itu wajar. Namun, jika harus ditanya berulang kali , apa perlu di jawab berulang kali juga?
Manusia. Memang manusia jaman sekarang beragam jenis. Ada yang nanyanya udah selevel reporter bahkan ada yang melebihi petugas sensus kelurahan. Padahal maksud dan tujuan dalam menanyakan itu saja tidak begitu valid. Bahkan hanya dijadikan bahan olok-olok semata. Aneh memang. 
Tidak bisa dipungkiri bahwa jaman sekarang Kepo-istilah anak gaul pada abad millenium-ini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Ibaratnya, tiada hari tanpa kepo. Kalau ada yang penasaran, mereka tak segan untuk menanyakan ini itu nya ke pada si narasumber yang bersangkutan. Memang tidak salah. itu sifat manusiawi. Namun, alangkah baiknya jika dilihat dulu bagaimana keadaan dan situasi dalam bertanya. mbok, ya ada toto kromo nya,toh.

Saya bingung, pernah acap kali saya berkenalan dengan seseorang, dia (sebut saja namanya mas...) bertanya berapa umur saya saat ini. Apakah ada pengaruhnya ketika saya berusia 20 tahun atau 30 tahun? Apakah sangat mempengaruhi kualitas perkenalan? Ah, entahlah...lagi lagi saya gagal paham soal itu,
Dan permasalahan selanjutnya mengenai usia yang lebih tua dari orang-orang disekeliling. Sebenarnya, hal ini tak akan jadi masalah jika orang - orang disekeliling juga tak mempermasalahkan hal ini, bukan? Tapi apa fakta nya?

Lets see....Saya merupakan alumni mahasiswi di sebuah sekolah kesehatan. Saya angkatan '12. Namun, usia saya ketika kuliah tidak sama dengan teman-teman saya yang lain. Karena memang ada faktor lain. Bukan karena saya tinggal kelas dulunya, tapi karena memang saya menganggur setahun demi melanjutkan cita-cita saya yang sampai sekarang tidak tercapai itu. But, it doesn't matter, Allah malah menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari cita-cita saya dulu.
Lalu, saya sempat minder mengenai "kelebihan umur" saya dibandingkan teman-teman. Merasa lebih senior tapi seangkatan sama mereka. Saya sadar kok, jika saya lebih tua satu tahun diantara mereka. Tapi apa pengaruh nya dengan kualitas perkuliahan saya? apakah teman-teman saya tidak mau berteman jika saya lebih tua setahun dari mereka? Jelas saja itu bukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Tapi semakin kesini, kok saya merasa kalau itu sudah dipermasalahin banget. Bahkan kadang sering dijadiin bahan bercandaan. Yah, kalau memang satu atau dua kali bagi saya tak masalah, tapi kalau hampir tak terhitung dan dijadiin bahan tertawaa apakah itu masih normal ?
Ah, saya terlalu banyak tanya ya? sudah seperti anak gaul jaman sekarang saja yang kepo addict!
Manusia suka sekali memperbesarkan masalah kecil, tapi sulit sekali memperkecil masalah besar. Saya bahkan hanya bisa diam dan manut kalau memang itu terjadi pada saya. Saya bisa apa? membalas dengan hal yang sama? tidak akan. Itu berarti saya sama dengan mereka. Saya hanya ingin orang-orang tidak mempermasalahkan usia saya yang entah lebih muda atau lebih tua dari mereka. Karena usia tidak menjadi standardisasi dalam pertemanan. Kalau memang ingin bercanda, cobalah dengan hal - hal yang positif dan sehat. Bukan karena fisik atau usia mereka yang membuat seseorang menjadi aneh lalu dengan seenaknya orang lain bebas manjadikan "dia" buah bibir, Tapi lebih ke penghargaan, kalau seseorang itu berarti memiliki kelebihan dari yang lain....
At least, Tua itu pasti TAPI dewasa itu pilihan. Saya berusaha agar menyikapi setiap hal dengan dewasa seiring bertuanya usia saya....

Sekedar sharing uneg-uneg saja dan berbagi cerita pada mereka yang memiliki pengalaman sama dengan saya, Toh, jika nantinya ada yang merasa jadi "tersangka", jangan marah. Karena kita hidup di negara demokrasi yang bebas menyampaikan pendapat :)

Jumat, 27 November 2015

Syair Lagu di 30 Hari


Aku terkejut melihat sosok yang sedang berada di depanku saat ini. Wajah blasteran campuran Jawa dan Jepang itu terus menerus melihat ku. Hidungnya yang mancung seperti jambu monyet, pipinya yang tirus dan iris matanya yang coklat bening mampu mengalihkan dunia setiap orang yang memandangnya. Aku tersadar entah sudah berapa lama aku tertidur selama pelajaran kimia berlangsung. Hari ini aku kurang sehat, sepertinya akan demam. Mungkin karena terlalu lama mandi hujan kemarin. Sosok itu terus memandangku. Kini dia tampak bingung seperti bocah lima tahun yang disuguhkan soal kimia mengenai ikatan atom. Setelah berhasil mengumpulkan nyawa akibat tidur pulasku selama pelajaran kimia tadi, sosok yang tepat tiga jengkal didepanku itu mulai membuka mulutnya.
“Sudah puas memandangku,hah?” Katanya dengan senyuman yang mampu membuat jantungku copot
“Aku tak memandangmu. Jangan GR!” jawabku sambil memajukan bibirku dua centi
Dia hanya tersenyum dan tak menggubris ucapanku. Dia adalah sahabatku, Adrian. Adrian Hirosima Wijaya. Namanya memang unik. Perpaduan antara nama Jawa-Jepang dan terkesan sedikit “memaksa”, tapi tidak dengan sifatnya. Kami ibarat ikatan ion, dia adalah ion positif sedangkan aku tentunya ion negatif. Sifat kami berlawanan 180 derajat. Dia adalah seorang yang murah senyum, baik hati dan memiliki jiwa sosial yang tinggi dan aku terkenal sebagai perempuan yang cuek, tomboy dan kekanakan. Wajar saja, jika setiap kami berjalan berdampingan, ada saja tatapan tajam dan cemoohan yang keluar dari mulut orang – orang. Tapi karena memang aku spesies yang cueknya sudah mengalahkan Reaktor Atom, jadinya aku tak mempermasalahkan hal tersebut. Tapi dari semua sifat negatif yang aku punya, ada satu kebanggan yang patut diacungkan jempol untukku. Di kelas bahkan di sekolah, aku adalah salah satu siswa berprestasi. Semua orang mengenalku sebagai ratu kimia. Aku memang menyukai pelajaran itu bahkan kadang – kadang pembicaraanku sampai menghubung- hubungkan berbagai hal mengenai reaksi kimia. Ya, pun Adrian mengatakan padaku bahwa aku sudah gila karena kimia. Biar sajalah toh kita hidup di negara demokrasi, bukan?
“Tumben kamu tidur pas pelajaran kimia? Seorang Andara yang biasanya dijuluki ratu kimia bisa tidur pada saat pelajaran favoritnya. Hahaha” tawa Adrian padaku
“Aku kan juga manusia. Tidak selamanya tubuhku selalu sehat, Dri. Kau tahu lah, akibat main hujan hujanan kemarin aku jadi seperti ini. Mungkin mau demam atau flu kali ya” Jawabku
“Kau sakit? Biar aku antarkan ke dokter, ya? Aku takut sakitmu akan bertambah parah”
“Kau mendoakan agar aku sakit selamanya, hah? Biar saja. Nanti juga sembuh sendiri setelah minum obat dan beristirahat”
“Kalau begitu kita pulang saja. Biar aku yang mengantarkanmu sampai ke rumah.” Pinta Adrian padaku. Kemudian ku balas dengan anggukan tanda setuju. Namun, belum sampai didepan pintu keluar kelas, ada dua orang kakak kelas menghampiriku dan Adrian. Mereka adalah salah satu dari personil Band Air Max yang terkenal di sekolahku.
“Hey, kau kan yang bernama Andara Elleana Subiantoro? Beruntung sekali kita bertemu disini” kata salah seorang dari mereka yang kutahu namanya Aldo Baskara dari nametag yang tertera pada seragamnya
“Iya kak. Memangnya ada keperluan apa kakak datang ke kelasku?” tanyaku pada Kak Aldo
“Kami hanya memastikan saja gadis yang ditaksir oleh temanku.” Jawabnya
“Apa maksudnya kak? Aku nggak ngerti”
“Sudahlah, nanti kau akan tahu sendiri. Kalau begitu kami pamit dulu ya Andara. Semoga kita bertemu lagi.” Lalu kak Aldo dan teman-temannya pergi tanpa penjelasan yang tak ku mengerti. Aku lihat Adrian hanya menggeleng tanda tak mengerti dengan kedatangan kakak kelas ku itu.

*****

Sesampainya di rumah langsung ku rebahkan badan sembari meregangkan otot-otot ku yang kaku di atas kasur yang telah menemani ku sepuluh tahun terakhir ini. Mataku mulai terpejam dan otakku memaksa mengingat kejadian demi kejadian yang terjadi hari ini sampai pada akhirnya aku sudah terbang ke alam mimpi.
*****

Minggu pagi merupakan minggu balas dendam untukku. Karena seharian ini aku terbebas dari semua tugas sekolah dan bisa menghabiskan waktu bermalas – malasan ataupun tidur di kasur seharian.
“Surga banget kalau setiap hari adalah hari minggu. Jadi aku bisa melakukan apa saja yang aku suka. Tapi sepi juga sih kalau seharian tidak bertemu Adrian. Mungkin karena aku sudah soulmate lama sama dia.”
Lalu kupencet tombol dial pada handphone ku. Aku memutuskan untuk menelepon Adrian untuk mengajaknya jalan hari ini. Jujur, walaupun hari ini minggu tapi kalau tidak ada yang bisa dilakukan akan membuatku terasa suntuk
“Hallo, Dri. Eh, kamu ada kerjaan nggak hari ini? Temeni aku ke toko buku, yuk”
“Waalaikumsalam, Ra. Kamu kebiasaan ya nggak pakai salam dulu kalau menelepon aku” jawabnya dari seberang sana
“Hehe. Maaf.maaf. aku tadi antusias banget mau ngajakin kamu jalan. Aku suntuk banget di rumah seharian.” Gerutuku padanya
“Bagaimana keadaan mu, Ra? Kamu sudah baikan?” tanyanya
“Sudah kok. Seperti kataku kemarin, hanya dengan obat dan istirahat sudah cukup bagiku. Lalu, bagaimana dengan ajakanku? Kau mau kan, Dri?” Bujukku pada Adrian.
Terdengar helaan nafas panjangnya. Adrian selalu tak bisa menolak setiap ajakanku. Adrian akan bersedia menemaniku kemanapun aku pergi. Adrian selalu tahu dengan sifat memaksa ku dan sabar menghadapinya. Aku jamin, siapa saja yang menjadi pacarnya kelak, sangat beruntung memilikiAdrian.

*****

Aku mulai menyusuri rak demi rak di toko buku ini. Aku masih belum tahu akan membeli buku apa, tapi sepertinya novel karya penulis-penulis terkenal memberikan magnet yang kuat padaku. Ku lirik satu persatu novel yang berada di rak paling atas sampai bawah. Ada segelintir nama penulis favoritku di beberapa novel yang terpajang di rak buku tersebut. Karena sibuk membaca, aku sampai tak sadar bahwa ada seseorang yang tengah melirik ku.
“Maaf mbak, boleh saya meminta novel itu? “ pinta pria itu padaku. Aku masih saja melihat novel yang masih berada di tanganku. Sampai akhirnya dia menyapaku untuk yang kesekian kalinya
“Oh maaf, ya mas. Saya sampai terperangah melihat novel ini. Jujur, ini novel favorit saya mas. Dari beberapa bulan lalu saya sudah menunggu penerbitan buku ini. Mas tadi mengambilnya di rak bagian mana ya?” tanyaku
“Novelnya sudah habis mbak, tinggal satu itu. Saya juga dari dulu sudah menunggu novel ini keluar. Ternyata kita memiliki selera sastra yang sama” jawab pemuda itu dengan senyuman termanis yang mungkin ia miliki. Aku mulai tersadar dari adegan demi adegan yang terjadi antara aku dan dia. Aku baru menyadari bahwa aku tak sengaja mengambil novel tersebut dari tangan pria itu dan langsung membacanya. Aku memang kehilangan akal kalau sudah seperti ini.
“Maaf ya mas, ini novelnya saya kembalikan. Mungkin belum rezeki saya” senyumku miris
“Terima kasih mbak. Semoga novelnya akan segera dicetak kembali ya” jawabnya tulus

Dengan langkah gontai akhirnya aku berhasil membeli dua buah novel berbau kimia. Tetap saja walaupun cerita fiksi tapi aku tidak bisa lepas dengan hal yang berkaitan dengan kimia. Aku kembali teringat mengenai novel tadi. Novel yang berjudul “Musikimia” yang menceritakan tentang perjuangan empat sekawan dalam mendirikan band mereka. Novel yang sudah kutunggu lebih dari sebulan yang lalu
*****

Hari ini ku langkahkan kaki ke sekolah. Tenaga ku sudah kembali pulih. Badanku juga sudah sehat. Dengan riang aku berjalan menyusuri lorong sampai ke sekolah. Jalanan masih saja menyisakan genangan air selepas hujan semalam. Baunya saja masih dapat kucium. Ada tetesan air hujan yang jatuh dari dedaunan yang kulewati. Aku seperti bocah kemarin sore yang dengan girangnya memainkan gemercik air yang jatuh dari daun-daun yang tertiup angin, sampai aku tak sadar bahwa aku nyaris menabrak sesorang yang berdiri didepanku
“Maaf, mas. Saya tadi nggak ngelihat kalau ada mas disini” jawabku kaget
“Tidak apa-apa, mbak. Toh saya tidak tahu kalau ada orang yang berjalan ke arah saya. Saya juga sibuk menelepon sampai tidak terdengar ada langkah kaki yang berjalan” katanya sembari menenangkan kekagetan dirinya
“Mas, bukannya yang kemarin di toko buku, kan?” tanyaku penasaran
“Eh, mbak yang kemarin?” tunjuknya padaku
“Kenapa kebetulan sekali kita ketemu disini,ya. Omong-omong, kenalin nama saya Abimayu” jawabnya sambil mengulurkan tangannya padaku
“Andara” jawabku dengan senyuman paling manis yang aku punya. Entah apa yang terjadi padaku. Bagaikan efek fotolistrik yang menyerang, aku seperti tersengat oleh pancaran elektron ketika pria dihdapanku ini disinari oleh senyum yang nyaris membuat jantungku berhenti berdetak.
Hubunganku bersama Abimayu semakin hari semakin akrab. Kami sering berkomunikasi lewat telepon ataupun di berbagai media sosial. Sifat Abimayu yang dewasa membuatku semakin nyaman tiap berada didekatnya. Lalu, bagaimana dengan Adrian? Ah, aku nyaris melupakannya. Sampai saat ini aku belum mengatakan tentang kedekatanku dengan Abimayu. Aku takut dia marah padaku dan berfikir aku tak peduli lagi dengannya.
“Kamu kenapa , Ra? Melamun aja.” Tiba-tiba suara Adrian mengangetkanku.
“Aku nggak apa-apa, Dri. Lagi ingin melamun aja, sih. Emangnya nggak boleh?” kataku sambil menjulurkan lidah padanya. Adrian hanya membalas dengan senyuman. Dia selalu saja sabar menghadapi sifat kekanakanku
“Andara, Andara. Ini ada surat untukmu!”
“Dari siapa, Nin?” tanyaku pada Nina.
“Entahlah, tadi aku melihat surat ini sudah ada di atas mejaku. Pas aku lihat ternyata ada nama kamu, makanya aku langsung kesini untuk memberikannya padamu.” Jawab Nina, teman satu ekskulku. Nina memang tidak sekelas denganku. Tapi aku cukup akrab dengannya. Lalu ku buka perlahan surat yang sudah berada di tanganku. Ku baca kalimat demi kalimat. Ku coba pahami maksud dari kalimat tersebut dengan seksama. Sampai akhirnya aku mengerti isinya. Itu adalah sepotong syair lagu dari band kesukaanku. Dibawah syair lagu tersebut tertulis huruf  “A” yang menjadi inisial orang yang mengirimkan surat itu. Adrian yang sedari tadi melihatku tampak penasaran.
“Surat dari siapa, Ra? Sepertinya kau kaget sekali membacanya.” Tanyanya
“Aku juga nggak tau dari siapa. Tapi ada inisial “A” di bawahnya. Apa mungkin ini dari pengagum rahasiaku ya ,Dri?”jawabku sambil menggaruk kepala ku yang tak gatal
“Kau percaya diri sekali,Ra. Bisa saja itu orang isengkan?”
“Tak mungkin orang iseng sampai begitu tahu dengan band dan lagu favoritku.”jawabku misterius

*****
Sudah dua minggu , surat – surat dari pengagum rahasia itu terus berdatangan. Sepucuk surat merah jambu yang berisi syair lagu kesukaanku. Aku masih penasaran siapa yang mengirimkannya. Bahkan, surat itu datang bersamaan dengan bunga mawar putih ataupun boneka panda yang lucu. Ini bukan hanya orang usil yang sengaja membuatku penasaran, tapi ada seseorang yang memang lagi menyukaiku. Mungkin saja kak Aldo atau temannya yang katanya naksir sama aku atau bisa saja Abimayu. Tapi bagaimana mungkin mereka bisa melakukan hal ini tanpa diketahui banyak orang?
Hubunganku dengan Abimayu terus saja mengalir dan ia mulai menunjukkan sikap bahwa dia menyukaiku. Tapi sampai saat ini belum ada pernyataan cinta padanya. Aku pun tak terlalu memikirkannya. Adrian pun sepertinya tidak begitu curiga padaku yang telah menyimpan rahasia ini darinya. Aku merasa sangat bersalah kalau harus membohonginya, tapi disisi lain aku tidak ingin menyakitinya. Semoga saja ia memaklumi dan menerima alasanku ini.

*****

Sudah hampir sebulan ini aku terus saja mendapat surat yang berisikan syair lagu band kesukaan ku. Dan sampai saat inipun aku masih belum menemukan siapa pengirimnya. Aku terus menerus memperhatikan bait demi bait syair dalam surat pengagum rahasiaku
Saat dirimu
Terhangut dalam seri yang kau rasakan
Seperti mendung hitam
Cobalah engkau sadari
Bahwa hidup ini terlalu indah
Untuk ditangisi
Dan bernyanyilah
Senandungkan isi suara hati
Bila kau terluka
Lagu ini memiliki makna terdalam. Kala aku sedih atau sedang galau, biasanya aku memutar lagu ini di play list handphone. Aku benar – benar berterima kasih kepada orang yang telah mengirimkan syair lagu ini dalam bentuk surat. Seperti ada energi positif untuk kehidupan seorang Andara.
Aku berniat memberitahukan mengenai hubunganku dengan Abimayu pada Adrian. Mungkin hari ini lah saat yang tepat memberikan kabar bahagia bahwa aku telah resmi berpacaran dengan Abimayu. Aku ingin sekali berbagi dengan sahabatku itu. Tapi sepertinya aku tak melihat Adrian bersekolah hari ini. Apa mungkin dia sakit? Tapi dia tak memberitahukan ku seperti biasanya jika dia berhalangan hadir. Ku lirik meja di samping yang kosong akan keberadaan seseorang yang selalu menemani dan mendengarkan keluh kesahku. Apa yang terjadi padanya? Padahal aku baru saja akan memberitahukan kabar bahagia ini padanya. Sesaat ku rogoh kolong meja dan menemukan sebuah surat merah jambu. Surat ini dari pengagum rahasia itu lagi, tapi kali ini isinya bukan potongan syair lagu melainkan pernyataan cintanya. Dalam surat itu, sang pengagum rahasia akan memberitahukan jati dirinya sebenarnya. Sepulang sekolah aku langsung pergi ke tempat dimana dia memberitahukan keberadaannya. Tapi ada yang aneh dari cara menulisnya, dia menyuruhku datang ke sebuah rumah sakit dan membawa semua surat-surat yang dia kirimkan untukku. Lekas ku pacu vario pink ku ke rumah sakit yang dituju. Sesampainya disana aku kaget melihat ada Abimayu yang berdiri mondar mandir sambil memegang pelipisnya. Dia melihatku dan sama kagetnya denganku. Apa mungkin memang Abimayu yang selama ini mengirimkan surat-surat itu? Segera ku hampiri Abimayu yang tampak tercengang dengan kedatanganku.
“Kenapa kau disi, Dara?” tanyanya
“Aku seharusnya yang bertanya padamu. Apa kau yang telah mengirimkan semua surat – surat ini padaku selama satu bulan terakhir?” kataku sambil memperlihatkan surat-surat merah jambu itu padanya. Abimayu hanya menggeleng kebingungan. Jelas dari raut wajahnya bukan dia tersangkanya. “Aku ingin bertemu dengan orang yang mengirimkan surat ini, Bi.” Jawabku
“Lalu siapa orangnya?”
“Di dalam surat ini dia menyuruhku untuk datang ke rumah sakit ini dan memberitahukan siapa jati dirinya sebenarnya. Aku benar – benar penasaran,Bi. Menurutmu siapa?” tanyaku balik pada Abimayu. Tampak dia sedang berfikir keras. Selang beberapa menit dia mulai membuka mulutnya
“Atau jangan-jangan yang mengirim surat-surat itu....” kalimatnya menggantung dan membuatku semakin penasaran. Aku benar-benar butuh Adrian saat ini untuk membantuku. Tapi sudah puluhan kali aku meneleponnya, tapi tak ada jawaban.
“Lebih baik kau masuk saja,Dara. Kau mungkin akan menemukan jawaban.” Jawab Abimayu. Aku lantas bingung. Mengapa Abimayu menyuruhku untuk masuk ke ruangan yang tertulis ICU itu. Dengan rasa takut bercampur penasaran, akhirnya ku langkahkan kaki masuk ke dalam. Aku melihat sosok tubuh yang terbujur kaku dengan selang yang mengitari hidung dan pergelangan tangannya. Dari jauh wajahnya tak asing bagiku. Dengan lamban, kuhampiri sosok yang sedang berbaring dengan berbagai kabel melilit di dadanya. Kini, aku melihat wajahnya dari dekat. Ada raut kerinduan yang terpancar dari wajahnya. Wajah pucat dan bibir yang kelu itu hanya tertidur pulas bak bayi baru lahir. aku langsung menangis, meneteskan air mata sejadi jadinya.  Aku ingin berteriak tapi tertahan karena tersadar di dalam ruangan berbau obat-obatan ini aku tak mungkin melakukan hal yang konyol. Dia, sosok yang selama ini mengirimkan berpuluh puluh surat selama sebulan terakhir. Dia, sosok yang selalu tersenyum kepadaku. Dia, sosok yang selama ini menemani dan menerima semua sifat burukku. Dia, Adrian Hirosima Wijaya, pria blasteran Jawa-Jepang itu kini seperti mayat hidup, kurus dan kaku. Ku lihat ada sepucuk surat disamping tempat tidurnya, lalu kubaca isinya. Ada sambungan dari syair lagu kesukaanku...
Nyanyikan alunan lagu
Yang mampu menyembuhkan lara hati
Warnai hidupmu kembali
Menarilah, bernyanyilah
Nyanyikan apa yang kau rasakan
Rasakan apa yang kau nyanyikan
Nyanyikan apa yang kau rasakan
Rasakan apa yang kau nyanyikan

*****

Sejak hari itu, aku berusaha bangkit dari kesedihan dan akan menjiwai setiap syair lagu band kesukaanku. Sejujurnya, aku belum bisa menerima kehilangan ini. Tapi satu hal yang aku tahu bahwa Tuhan lebih mencintainya dibandingkan rasa cintanya padaku. Dia yang akan selalu ada dihatiku, menjadi sahabat dan pahlawan dalam hidupku. Adrian, sosok yang selalu tersnyum dengan semua celotehanku itu sudah tenang bersama-Nya. Itu lebih baik untuknya jika harus menahan rasa sakit yang membuatnya semakin menderita. Setelah perbincangan ku bersama Abimayu kemarin ada rasa penyesalan dalam diriku karena terlambat menyadari bahwa selama ini Abimayu adalah kakak kandung Adrian. Abimayu mengatakan sebelum Adrian koma, dia menitipkan pesan untuk tetap menjaga dan membuatku untuk selalu bahagia. Selama ini Adrian selalu menyembunyikan tentang penyakitnya, kanker paru-paru yang sudah setahun ini menggerogoti alat vitalnya itu.
Aku merasa belum bisa menjadi sosok sahabat yang baik untuknya. Aku menyesal belum bisa membalas cintanya. Ya, penyesalan itu selalu datang terakhir, bukan?
Sore ini ku lantunkan syair lagu itu di depan pusara yang bertuliskan Adrian Hirosima Wijaya. Aku yakin dia disana tak ingin melihatku bersedih dan semakin larut dalam kejadian ini. Aku harus bahagia seperti syair lagu yang dia kirimkan selama 30 hari kemarin. Lagu kesukaanku,”Dan Bernyanyilah”...terima kasih untukmu, telah menjadi malaikat tak bersayap untukku.





 Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Project #DanBernyanyilah yang diselenggarakan oleh MusikimiaNulisbuku.com dan Storial.co

Kamis, 19 November 2015

Menulis Tanpa Batas

Tulisan ini hanya sekedar iseng-iseng semata. Tulisan ini pun dibuat tidak ada yang sia-sia, tujuan nya adalah untuk memberikan energi positif kepada para pembaca dan penulis, khususnya.
omong-omong soal menulis, saya hanya ingin membagikan pengalaman dan hobi yang telah lama membuat saya jatuh cinta ini. Menulis dan Membaca,
Bagi saya menulis adalah hobi. Menulis adalah kebiasaan. Menulis adalah kehidupan.
Kegilaan saya tentang menulis diawali ketika saya masih berada pada masa plosotan dan jungkat - jungkit menjadi mainan saya. Dulunya saya disuguhkan dengan berbagai majalah anak-anak, Bobo misalnya. Pada taman kanak-kanak saya memang belum bisa membaca selancar saat ini, tapi saya bisa merasa. Saya hanya akan fokus pada warna - warni gambar dan bentuk boneka seperti di negeri dongeng. Saya dulu tidak tertarik dengan bari-baris huruf yang berjejer rapi pada kolomnya. Ya, dulu semasa kanak - kanak saya hanya memikirkan bagaimana menjadi putri Anabell atau Cinderella seperti yang tergambar pada majalah tersebut tanpa tahu maksud dari gambar itu. Ibu saya tentunya tidak menuntut saya pandai membaca pada kala itu, pun beliau tidak mempermasalahkan imajinasi konyol saya. Lalu ketika saya mulai masuk pada tahap mengeja dan membaca huruf demi huruf, kata demi kata, sampai kalimat demi kalimat, akhirnya saya memulai kebiasaan saya yang dulunya hanya melihat gambar-gambar lucu pada majalah beralih dengan membaca judul tulisan yang tertera pada gambar.

"Bobo dan Bibi TiTi Teliti"
"Bona , Gajah Kecil Berbelalai Panjang dan RongRong"

Merekalah teman - teman saya semasa kecil, yang selalu menemani saya sampai pada akhirnya saya mengkhatamkan semua part pada majalah itu.
Kebiasaan tersebut terus menerus dilakukan. Setiap beberapa kali dalam seminggu, ibu dan bapak saya tidak lupa membelikan saya majalah Bobo, karena memang dulunya saya hanya mengenal satu majalah saja, tidak dengan sekarang yang sudah banyak berkembang beraneka ragam majalah seperti, teen, gadis, Aneka yesss dan masih banyak yang lain.

Beriring waktu, kegilaan saya akan Bobo lamban laun mulai luntur. Bukan karena bosan,t api karna usia saya yang sudah mulai menginjak masa - masa labil. Terlebih Bobo kecil saya kini bukanlah Bobo yang saya kenal dulu ( seperti lirik lagu saja, ya?) Ya , beberapa waktu lalu, saya sempat ke toko buku untuk membeli beberapa buku. Rak-rak favorit yang biasanya memampang Bobo kecil saya kian hari kian berkurang, bahkan sering tak tampak lagi. Saya sempat miris melihatnya. Bagaimana dengan anak cucu saya kelak ketika saya ingin kenalkan dengan kenangan masa kecil saya itu kepada mereka? Bagaimana saya mengenalkan hobi saya kepada anak cucu saya jika jejak nya saja kini entah dimana? Bagaimana rasanya melihat mereka tertawa bahagia hanya cuma melihat Bona atau Rongrong? Terlebih cover yang dulunya masih original kini sudah dimodifikasi sedemikian rupa. Memang tidak ada yang salah. Karena kerasnya persaingan antar beberapa penerbit buku mengharuskan Bobo kecil saya di make over agar tidak kalah saing dengan lawannya. Saya pun memaklumi. 

Sungguh, berkat jasa Bobo kecil saya, hobi membaca semakin hari semakin meningkat. Saya haus akan cerita. Jadilah, sejak saya mulai masuk ke sekolah menengah atas, bacaan saya merambah pada sebuah novel remaja yang berjudul "Hot Chocolate Love". Dari judulnya saja, siapa pun yang membaca sudah bisa menebak genre dan jalan ceritanya. Ya, namanya juga remaja belia, saya saat itu lebih tertarik dengan cerita bergenre romantis, bak film-film FTV atau sinetron yang kini marak ditayangkan pada media elektronik, saya pun mulai berimajinasi untuk menjadi seorang putri millenium yang kehidupannya selalu happy ending. Back to realita, this is just fiction, hanya fiktif belaka. Saya pun menyadari bahwa cerita yang ada di novel tidak sepenuhnya cerita nyata. Hingga kurang lebih 30an novel telah terjejer rapi di rak buku kamar saya. Ada rasa puas melihat mereka yang dulu satu persatu saya beli dengan uang jajan saya sendiri, kini menghiasi lemari buku saya. Saya bangga telah khatam membaca ceritanya. Walaupun di dunia nyata saya tak pernah bisa menjadi seperti yang di cerita novel, tapi saya yakin banyak pelajaran yang memberikan saya agar bisa lebih berarti. 

Dan inilah buktinya..Dengan hobi saya dari jaman bocah ingusan sampe sekarang sudah jadi sarjana, kebiasaan itu tak pernah tinggal. Saya masih suka membeli beberapa buku, yang mungkin sekarang ceritanya sedikit lebih berat. Tidak hanya soal keromantisan, tapi tentang kehidupan yang complicated. Ya, saya menyukai itu. Karena dari cerita-cerita itu membawa saya lebih banyak berimajinasi dan menganalisis setiap part demi part
Semakin kesini saya menyadari bahwa kehausan saya akan bacaan semakin membabi buta. Dan mulailah saya berfikir (sambil berimajinasi) mengenai dunia menulis. Karena menurut saya, menulis adalah lorong yang akan membawa saya ke dunia tanpa batas. Dari menulis, apa yang saya lihat, saya dengar dan saya baca akan lebih tertuangkan pada tempatnya. Mungkin foto adalah bukti otentik yang akan menyimpan banyak kenangan di masa lalu, tapi Tulisan akan menyimpan lebih banyak sejarah di masa lalu, dan sampai kapanpun sejarah itu tetap dikenang oleh siapa saja yang membacanya. Perlahan saya menulis pada sebuah diary, menceritakan mengenai apa yang saya alami setiap hari, lamban laun pada buku catatan kecil saya hingga sekarang, ketika saya mulai mengenal internet, saya salurkan hobi kedua saya melalui Blog. Bagi saya, menulis adalah hidup. Tanpa menulis seseorang tak akan bisa menemukan banyak teman, tanpa menulis seseorang tak bisa melihat dunia luar dan tanpa menulis sesorang tak dapat bernafas. Pahamkah? coba kau artikan saja sendiri maksud saya tadi :):)
Intinya, jangan buang sia -sia semua imajinasi dan mimpi mu. Menulislah apa yang bisa kau tulis. Bahwa di dunia ini semua orang bisa menulis. Hanya saja, cara dan bentuk menulis nya yang berbeda - beda. Apalagi dalam urusan hati, hanya mereka yang berani menulis yang bisa menemukan seseorang yang berarti dalam hidup. Kau tahu kenapa? Karena mereka telah berani mengeksplore  apa yang ada pada dirinya nya sendiri, tidak ingin jadi orang lain, tapi dengan style dan gaya sendiri. Bukankah, yang kau cari adalah dia yang menjadi dirinya sendiri dan mau menerima mu apa adanya? Menulislah.....
jangan lupa dikomen dan diberi saran yaaterima kasih sudah berkunjung, jangan bosan - bosan datang lagi yaa