Blogger Widgets All About Us..: Syair Lagu di 30 Hari

Jumat, 27 November 2015

Syair Lagu di 30 Hari


Aku terkejut melihat sosok yang sedang berada di depanku saat ini. Wajah blasteran campuran Jawa dan Jepang itu terus menerus melihat ku. Hidungnya yang mancung seperti jambu monyet, pipinya yang tirus dan iris matanya yang coklat bening mampu mengalihkan dunia setiap orang yang memandangnya. Aku tersadar entah sudah berapa lama aku tertidur selama pelajaran kimia berlangsung. Hari ini aku kurang sehat, sepertinya akan demam. Mungkin karena terlalu lama mandi hujan kemarin. Sosok itu terus memandangku. Kini dia tampak bingung seperti bocah lima tahun yang disuguhkan soal kimia mengenai ikatan atom. Setelah berhasil mengumpulkan nyawa akibat tidur pulasku selama pelajaran kimia tadi, sosok yang tepat tiga jengkal didepanku itu mulai membuka mulutnya.
“Sudah puas memandangku,hah?” Katanya dengan senyuman yang mampu membuat jantungku copot
“Aku tak memandangmu. Jangan GR!” jawabku sambil memajukan bibirku dua centi
Dia hanya tersenyum dan tak menggubris ucapanku. Dia adalah sahabatku, Adrian. Adrian Hirosima Wijaya. Namanya memang unik. Perpaduan antara nama Jawa-Jepang dan terkesan sedikit “memaksa”, tapi tidak dengan sifatnya. Kami ibarat ikatan ion, dia adalah ion positif sedangkan aku tentunya ion negatif. Sifat kami berlawanan 180 derajat. Dia adalah seorang yang murah senyum, baik hati dan memiliki jiwa sosial yang tinggi dan aku terkenal sebagai perempuan yang cuek, tomboy dan kekanakan. Wajar saja, jika setiap kami berjalan berdampingan, ada saja tatapan tajam dan cemoohan yang keluar dari mulut orang – orang. Tapi karena memang aku spesies yang cueknya sudah mengalahkan Reaktor Atom, jadinya aku tak mempermasalahkan hal tersebut. Tapi dari semua sifat negatif yang aku punya, ada satu kebanggan yang patut diacungkan jempol untukku. Di kelas bahkan di sekolah, aku adalah salah satu siswa berprestasi. Semua orang mengenalku sebagai ratu kimia. Aku memang menyukai pelajaran itu bahkan kadang – kadang pembicaraanku sampai menghubung- hubungkan berbagai hal mengenai reaksi kimia. Ya, pun Adrian mengatakan padaku bahwa aku sudah gila karena kimia. Biar sajalah toh kita hidup di negara demokrasi, bukan?
“Tumben kamu tidur pas pelajaran kimia? Seorang Andara yang biasanya dijuluki ratu kimia bisa tidur pada saat pelajaran favoritnya. Hahaha” tawa Adrian padaku
“Aku kan juga manusia. Tidak selamanya tubuhku selalu sehat, Dri. Kau tahu lah, akibat main hujan hujanan kemarin aku jadi seperti ini. Mungkin mau demam atau flu kali ya” Jawabku
“Kau sakit? Biar aku antarkan ke dokter, ya? Aku takut sakitmu akan bertambah parah”
“Kau mendoakan agar aku sakit selamanya, hah? Biar saja. Nanti juga sembuh sendiri setelah minum obat dan beristirahat”
“Kalau begitu kita pulang saja. Biar aku yang mengantarkanmu sampai ke rumah.” Pinta Adrian padaku. Kemudian ku balas dengan anggukan tanda setuju. Namun, belum sampai didepan pintu keluar kelas, ada dua orang kakak kelas menghampiriku dan Adrian. Mereka adalah salah satu dari personil Band Air Max yang terkenal di sekolahku.
“Hey, kau kan yang bernama Andara Elleana Subiantoro? Beruntung sekali kita bertemu disini” kata salah seorang dari mereka yang kutahu namanya Aldo Baskara dari nametag yang tertera pada seragamnya
“Iya kak. Memangnya ada keperluan apa kakak datang ke kelasku?” tanyaku pada Kak Aldo
“Kami hanya memastikan saja gadis yang ditaksir oleh temanku.” Jawabnya
“Apa maksudnya kak? Aku nggak ngerti”
“Sudahlah, nanti kau akan tahu sendiri. Kalau begitu kami pamit dulu ya Andara. Semoga kita bertemu lagi.” Lalu kak Aldo dan teman-temannya pergi tanpa penjelasan yang tak ku mengerti. Aku lihat Adrian hanya menggeleng tanda tak mengerti dengan kedatangan kakak kelas ku itu.

*****

Sesampainya di rumah langsung ku rebahkan badan sembari meregangkan otot-otot ku yang kaku di atas kasur yang telah menemani ku sepuluh tahun terakhir ini. Mataku mulai terpejam dan otakku memaksa mengingat kejadian demi kejadian yang terjadi hari ini sampai pada akhirnya aku sudah terbang ke alam mimpi.
*****

Minggu pagi merupakan minggu balas dendam untukku. Karena seharian ini aku terbebas dari semua tugas sekolah dan bisa menghabiskan waktu bermalas – malasan ataupun tidur di kasur seharian.
“Surga banget kalau setiap hari adalah hari minggu. Jadi aku bisa melakukan apa saja yang aku suka. Tapi sepi juga sih kalau seharian tidak bertemu Adrian. Mungkin karena aku sudah soulmate lama sama dia.”
Lalu kupencet tombol dial pada handphone ku. Aku memutuskan untuk menelepon Adrian untuk mengajaknya jalan hari ini. Jujur, walaupun hari ini minggu tapi kalau tidak ada yang bisa dilakukan akan membuatku terasa suntuk
“Hallo, Dri. Eh, kamu ada kerjaan nggak hari ini? Temeni aku ke toko buku, yuk”
“Waalaikumsalam, Ra. Kamu kebiasaan ya nggak pakai salam dulu kalau menelepon aku” jawabnya dari seberang sana
“Hehe. Maaf.maaf. aku tadi antusias banget mau ngajakin kamu jalan. Aku suntuk banget di rumah seharian.” Gerutuku padanya
“Bagaimana keadaan mu, Ra? Kamu sudah baikan?” tanyanya
“Sudah kok. Seperti kataku kemarin, hanya dengan obat dan istirahat sudah cukup bagiku. Lalu, bagaimana dengan ajakanku? Kau mau kan, Dri?” Bujukku pada Adrian.
Terdengar helaan nafas panjangnya. Adrian selalu tak bisa menolak setiap ajakanku. Adrian akan bersedia menemaniku kemanapun aku pergi. Adrian selalu tahu dengan sifat memaksa ku dan sabar menghadapinya. Aku jamin, siapa saja yang menjadi pacarnya kelak, sangat beruntung memilikiAdrian.

*****

Aku mulai menyusuri rak demi rak di toko buku ini. Aku masih belum tahu akan membeli buku apa, tapi sepertinya novel karya penulis-penulis terkenal memberikan magnet yang kuat padaku. Ku lirik satu persatu novel yang berada di rak paling atas sampai bawah. Ada segelintir nama penulis favoritku di beberapa novel yang terpajang di rak buku tersebut. Karena sibuk membaca, aku sampai tak sadar bahwa ada seseorang yang tengah melirik ku.
“Maaf mbak, boleh saya meminta novel itu? “ pinta pria itu padaku. Aku masih saja melihat novel yang masih berada di tanganku. Sampai akhirnya dia menyapaku untuk yang kesekian kalinya
“Oh maaf, ya mas. Saya sampai terperangah melihat novel ini. Jujur, ini novel favorit saya mas. Dari beberapa bulan lalu saya sudah menunggu penerbitan buku ini. Mas tadi mengambilnya di rak bagian mana ya?” tanyaku
“Novelnya sudah habis mbak, tinggal satu itu. Saya juga dari dulu sudah menunggu novel ini keluar. Ternyata kita memiliki selera sastra yang sama” jawab pemuda itu dengan senyuman termanis yang mungkin ia miliki. Aku mulai tersadar dari adegan demi adegan yang terjadi antara aku dan dia. Aku baru menyadari bahwa aku tak sengaja mengambil novel tersebut dari tangan pria itu dan langsung membacanya. Aku memang kehilangan akal kalau sudah seperti ini.
“Maaf ya mas, ini novelnya saya kembalikan. Mungkin belum rezeki saya” senyumku miris
“Terima kasih mbak. Semoga novelnya akan segera dicetak kembali ya” jawabnya tulus

Dengan langkah gontai akhirnya aku berhasil membeli dua buah novel berbau kimia. Tetap saja walaupun cerita fiksi tapi aku tidak bisa lepas dengan hal yang berkaitan dengan kimia. Aku kembali teringat mengenai novel tadi. Novel yang berjudul “Musikimia” yang menceritakan tentang perjuangan empat sekawan dalam mendirikan band mereka. Novel yang sudah kutunggu lebih dari sebulan yang lalu
*****

Hari ini ku langkahkan kaki ke sekolah. Tenaga ku sudah kembali pulih. Badanku juga sudah sehat. Dengan riang aku berjalan menyusuri lorong sampai ke sekolah. Jalanan masih saja menyisakan genangan air selepas hujan semalam. Baunya saja masih dapat kucium. Ada tetesan air hujan yang jatuh dari dedaunan yang kulewati. Aku seperti bocah kemarin sore yang dengan girangnya memainkan gemercik air yang jatuh dari daun-daun yang tertiup angin, sampai aku tak sadar bahwa aku nyaris menabrak sesorang yang berdiri didepanku
“Maaf, mas. Saya tadi nggak ngelihat kalau ada mas disini” jawabku kaget
“Tidak apa-apa, mbak. Toh saya tidak tahu kalau ada orang yang berjalan ke arah saya. Saya juga sibuk menelepon sampai tidak terdengar ada langkah kaki yang berjalan” katanya sembari menenangkan kekagetan dirinya
“Mas, bukannya yang kemarin di toko buku, kan?” tanyaku penasaran
“Eh, mbak yang kemarin?” tunjuknya padaku
“Kenapa kebetulan sekali kita ketemu disini,ya. Omong-omong, kenalin nama saya Abimayu” jawabnya sambil mengulurkan tangannya padaku
“Andara” jawabku dengan senyuman paling manis yang aku punya. Entah apa yang terjadi padaku. Bagaikan efek fotolistrik yang menyerang, aku seperti tersengat oleh pancaran elektron ketika pria dihdapanku ini disinari oleh senyum yang nyaris membuat jantungku berhenti berdetak.
Hubunganku bersama Abimayu semakin hari semakin akrab. Kami sering berkomunikasi lewat telepon ataupun di berbagai media sosial. Sifat Abimayu yang dewasa membuatku semakin nyaman tiap berada didekatnya. Lalu, bagaimana dengan Adrian? Ah, aku nyaris melupakannya. Sampai saat ini aku belum mengatakan tentang kedekatanku dengan Abimayu. Aku takut dia marah padaku dan berfikir aku tak peduli lagi dengannya.
“Kamu kenapa , Ra? Melamun aja.” Tiba-tiba suara Adrian mengangetkanku.
“Aku nggak apa-apa, Dri. Lagi ingin melamun aja, sih. Emangnya nggak boleh?” kataku sambil menjulurkan lidah padanya. Adrian hanya membalas dengan senyuman. Dia selalu saja sabar menghadapi sifat kekanakanku
“Andara, Andara. Ini ada surat untukmu!”
“Dari siapa, Nin?” tanyaku pada Nina.
“Entahlah, tadi aku melihat surat ini sudah ada di atas mejaku. Pas aku lihat ternyata ada nama kamu, makanya aku langsung kesini untuk memberikannya padamu.” Jawab Nina, teman satu ekskulku. Nina memang tidak sekelas denganku. Tapi aku cukup akrab dengannya. Lalu ku buka perlahan surat yang sudah berada di tanganku. Ku baca kalimat demi kalimat. Ku coba pahami maksud dari kalimat tersebut dengan seksama. Sampai akhirnya aku mengerti isinya. Itu adalah sepotong syair lagu dari band kesukaanku. Dibawah syair lagu tersebut tertulis huruf  “A” yang menjadi inisial orang yang mengirimkan surat itu. Adrian yang sedari tadi melihatku tampak penasaran.
“Surat dari siapa, Ra? Sepertinya kau kaget sekali membacanya.” Tanyanya
“Aku juga nggak tau dari siapa. Tapi ada inisial “A” di bawahnya. Apa mungkin ini dari pengagum rahasiaku ya ,Dri?”jawabku sambil menggaruk kepala ku yang tak gatal
“Kau percaya diri sekali,Ra. Bisa saja itu orang isengkan?”
“Tak mungkin orang iseng sampai begitu tahu dengan band dan lagu favoritku.”jawabku misterius

*****
Sudah dua minggu , surat – surat dari pengagum rahasia itu terus berdatangan. Sepucuk surat merah jambu yang berisi syair lagu kesukaanku. Aku masih penasaran siapa yang mengirimkannya. Bahkan, surat itu datang bersamaan dengan bunga mawar putih ataupun boneka panda yang lucu. Ini bukan hanya orang usil yang sengaja membuatku penasaran, tapi ada seseorang yang memang lagi menyukaiku. Mungkin saja kak Aldo atau temannya yang katanya naksir sama aku atau bisa saja Abimayu. Tapi bagaimana mungkin mereka bisa melakukan hal ini tanpa diketahui banyak orang?
Hubunganku dengan Abimayu terus saja mengalir dan ia mulai menunjukkan sikap bahwa dia menyukaiku. Tapi sampai saat ini belum ada pernyataan cinta padanya. Aku pun tak terlalu memikirkannya. Adrian pun sepertinya tidak begitu curiga padaku yang telah menyimpan rahasia ini darinya. Aku merasa sangat bersalah kalau harus membohonginya, tapi disisi lain aku tidak ingin menyakitinya. Semoga saja ia memaklumi dan menerima alasanku ini.

*****

Sudah hampir sebulan ini aku terus saja mendapat surat yang berisikan syair lagu band kesukaan ku. Dan sampai saat inipun aku masih belum menemukan siapa pengirimnya. Aku terus menerus memperhatikan bait demi bait syair dalam surat pengagum rahasiaku
Saat dirimu
Terhangut dalam seri yang kau rasakan
Seperti mendung hitam
Cobalah engkau sadari
Bahwa hidup ini terlalu indah
Untuk ditangisi
Dan bernyanyilah
Senandungkan isi suara hati
Bila kau terluka
Lagu ini memiliki makna terdalam. Kala aku sedih atau sedang galau, biasanya aku memutar lagu ini di play list handphone. Aku benar – benar berterima kasih kepada orang yang telah mengirimkan syair lagu ini dalam bentuk surat. Seperti ada energi positif untuk kehidupan seorang Andara.
Aku berniat memberitahukan mengenai hubunganku dengan Abimayu pada Adrian. Mungkin hari ini lah saat yang tepat memberikan kabar bahagia bahwa aku telah resmi berpacaran dengan Abimayu. Aku ingin sekali berbagi dengan sahabatku itu. Tapi sepertinya aku tak melihat Adrian bersekolah hari ini. Apa mungkin dia sakit? Tapi dia tak memberitahukan ku seperti biasanya jika dia berhalangan hadir. Ku lirik meja di samping yang kosong akan keberadaan seseorang yang selalu menemani dan mendengarkan keluh kesahku. Apa yang terjadi padanya? Padahal aku baru saja akan memberitahukan kabar bahagia ini padanya. Sesaat ku rogoh kolong meja dan menemukan sebuah surat merah jambu. Surat ini dari pengagum rahasia itu lagi, tapi kali ini isinya bukan potongan syair lagu melainkan pernyataan cintanya. Dalam surat itu, sang pengagum rahasia akan memberitahukan jati dirinya sebenarnya. Sepulang sekolah aku langsung pergi ke tempat dimana dia memberitahukan keberadaannya. Tapi ada yang aneh dari cara menulisnya, dia menyuruhku datang ke sebuah rumah sakit dan membawa semua surat-surat yang dia kirimkan untukku. Lekas ku pacu vario pink ku ke rumah sakit yang dituju. Sesampainya disana aku kaget melihat ada Abimayu yang berdiri mondar mandir sambil memegang pelipisnya. Dia melihatku dan sama kagetnya denganku. Apa mungkin memang Abimayu yang selama ini mengirimkan surat-surat itu? Segera ku hampiri Abimayu yang tampak tercengang dengan kedatanganku.
“Kenapa kau disi, Dara?” tanyanya
“Aku seharusnya yang bertanya padamu. Apa kau yang telah mengirimkan semua surat – surat ini padaku selama satu bulan terakhir?” kataku sambil memperlihatkan surat-surat merah jambu itu padanya. Abimayu hanya menggeleng kebingungan. Jelas dari raut wajahnya bukan dia tersangkanya. “Aku ingin bertemu dengan orang yang mengirimkan surat ini, Bi.” Jawabku
“Lalu siapa orangnya?”
“Di dalam surat ini dia menyuruhku untuk datang ke rumah sakit ini dan memberitahukan siapa jati dirinya sebenarnya. Aku benar – benar penasaran,Bi. Menurutmu siapa?” tanyaku balik pada Abimayu. Tampak dia sedang berfikir keras. Selang beberapa menit dia mulai membuka mulutnya
“Atau jangan-jangan yang mengirim surat-surat itu....” kalimatnya menggantung dan membuatku semakin penasaran. Aku benar-benar butuh Adrian saat ini untuk membantuku. Tapi sudah puluhan kali aku meneleponnya, tapi tak ada jawaban.
“Lebih baik kau masuk saja,Dara. Kau mungkin akan menemukan jawaban.” Jawab Abimayu. Aku lantas bingung. Mengapa Abimayu menyuruhku untuk masuk ke ruangan yang tertulis ICU itu. Dengan rasa takut bercampur penasaran, akhirnya ku langkahkan kaki masuk ke dalam. Aku melihat sosok tubuh yang terbujur kaku dengan selang yang mengitari hidung dan pergelangan tangannya. Dari jauh wajahnya tak asing bagiku. Dengan lamban, kuhampiri sosok yang sedang berbaring dengan berbagai kabel melilit di dadanya. Kini, aku melihat wajahnya dari dekat. Ada raut kerinduan yang terpancar dari wajahnya. Wajah pucat dan bibir yang kelu itu hanya tertidur pulas bak bayi baru lahir. aku langsung menangis, meneteskan air mata sejadi jadinya.  Aku ingin berteriak tapi tertahan karena tersadar di dalam ruangan berbau obat-obatan ini aku tak mungkin melakukan hal yang konyol. Dia, sosok yang selama ini mengirimkan berpuluh puluh surat selama sebulan terakhir. Dia, sosok yang selalu tersenyum kepadaku. Dia, sosok yang selama ini menemani dan menerima semua sifat burukku. Dia, Adrian Hirosima Wijaya, pria blasteran Jawa-Jepang itu kini seperti mayat hidup, kurus dan kaku. Ku lihat ada sepucuk surat disamping tempat tidurnya, lalu kubaca isinya. Ada sambungan dari syair lagu kesukaanku...
Nyanyikan alunan lagu
Yang mampu menyembuhkan lara hati
Warnai hidupmu kembali
Menarilah, bernyanyilah
Nyanyikan apa yang kau rasakan
Rasakan apa yang kau nyanyikan
Nyanyikan apa yang kau rasakan
Rasakan apa yang kau nyanyikan

*****

Sejak hari itu, aku berusaha bangkit dari kesedihan dan akan menjiwai setiap syair lagu band kesukaanku. Sejujurnya, aku belum bisa menerima kehilangan ini. Tapi satu hal yang aku tahu bahwa Tuhan lebih mencintainya dibandingkan rasa cintanya padaku. Dia yang akan selalu ada dihatiku, menjadi sahabat dan pahlawan dalam hidupku. Adrian, sosok yang selalu tersnyum dengan semua celotehanku itu sudah tenang bersama-Nya. Itu lebih baik untuknya jika harus menahan rasa sakit yang membuatnya semakin menderita. Setelah perbincangan ku bersama Abimayu kemarin ada rasa penyesalan dalam diriku karena terlambat menyadari bahwa selama ini Abimayu adalah kakak kandung Adrian. Abimayu mengatakan sebelum Adrian koma, dia menitipkan pesan untuk tetap menjaga dan membuatku untuk selalu bahagia. Selama ini Adrian selalu menyembunyikan tentang penyakitnya, kanker paru-paru yang sudah setahun ini menggerogoti alat vitalnya itu.
Aku merasa belum bisa menjadi sosok sahabat yang baik untuknya. Aku menyesal belum bisa membalas cintanya. Ya, penyesalan itu selalu datang terakhir, bukan?
Sore ini ku lantunkan syair lagu itu di depan pusara yang bertuliskan Adrian Hirosima Wijaya. Aku yakin dia disana tak ingin melihatku bersedih dan semakin larut dalam kejadian ini. Aku harus bahagia seperti syair lagu yang dia kirimkan selama 30 hari kemarin. Lagu kesukaanku,”Dan Bernyanyilah”...terima kasih untukmu, telah menjadi malaikat tak bersayap untukku.





 Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Project #DanBernyanyilah yang diselenggarakan oleh MusikimiaNulisbuku.com dan Storial.co

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar

jangan lupa dikomen dan diberi saran yaaterima kasih sudah berkunjung, jangan bosan - bosan datang lagi yaa