Aku tidak pernah sedih sebelumnya bahkan ketika putus cinta
atau ditolak cintanya, Tapi aku akan benar – benar sedih ketika orang – orang
yang aku sayangi pergi menjauh, tidak peduli atau marah kepadaku. Rasanya
begitu sakit ketika tahu mereka tidak ada dikehidupan kita lagi rasanya bagai
dihantam oleh batu karang yang sangat besar sehingga mampu meninggalkan bekas
luka yang yang sangat lama. Entahlah, rasanya sulit aku mendeskripsikannya.
Aku tidak pernah meneteskan airmata tanpa sebab yang benar –
benar membuatku menangis. Kalau kamu tanya, apakah aku menangis ketika
diputuskan oleh seseorang ? jawabannya TIDAK. Namun, ketika ada seorang sahabat
yang marah kepadaku karena sifat dan sikap yang aku lakukan, mungkin dengan
spontannya aku akan meneteskan air mata ini sejadi – jadinya. Begitu sakit.
Begitu perih. Terlebih ketika persahabatan yang telah kamu jalin begitu lama
perlu diuji kesetiaannya? Hati siapa yang tidak sakit ketika kepercayaan itu
harus teruji dengan hal – hal konyol yang dilakukan hanya untuk melihat sejauh
mana dia akan percaya dan setia ? aku bukan tipe yang dengan mudah meneteskan
air mata untuk hal – hal konyol, walaupun terkadang suka menangis ketika
menonton sinetron atau drama korea, tapi rasa sakit ketika menangis dalam
menonton sinetron itu tidak seberapa dibandingkan rasa sakit ketika ada seorang
sahabat yang marah atau menangis karena kita. Aku tipe yang mudah terenyuh
ketika melihat orang lain menangis. Aku tipe melankolis. Yang katanya
melankolis lebih mengandalkan pemikirannya, tapi aku tidak. Bagiku pemikiran
dan perasaanku sama saja. Aku mudah rapuh, tapi aku mudah bangkit kembali
ketika terpuruk.
Ah, entahlah sudah sejauh ini aku merasa belum bisa melakukan
yang terbaik untuk semua orang. Karena menurut mereka, apa yang telah aku
lakukan perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu. Tidak cukupkah mereka
percaya kapadaku saja? Tidak cukupkah mereka tahu nama dan ceritaku saja? Lalu
apa yang diperlukan lagi? Tidakkah, persahabatan membutuhkan kepercayaan dan
kesetiaan? Yah aku tahu itu. Sudah berapa lama kita saling mengenal ? tidak
cukupkah waktu yang menjadi saksi kisah persahabatan kita? Aku benar – benar
sakit kali ini. Dulu aku tak begini. Karena hanya orang –orang yang sangat aku
sayangi bisa menjadikanku seperti ini. Bukan kekasih ku ataupun gebetanku yang
menyakitiku. Punya saja tidak. Mungkin juga kali ini aku terlalu sensitif. Aku
terlalu rapuh oleh ujian dunia. Tapi itu belum seberapa. Seharusnya aku harus
bersyukur dengan ujian itu, karena dengan begitu aku harus kuat, aku harus
tegar ketika mereka yang aku percaya, satu persatu nanti nya akan pergi dari
kehidupanku, setidaknya aku sudah siap...
Dear, kamu...yang (masih) menjadi Sahabatku
Dear, kamu...yang (masih) menjadi Sahabatku
0 komentar:
Posting Komentar